KETIK, JAKARTA – Siklon mempunyai beberapa nama. Ada 4 jenis siklon tropis yang melanda Indonesia. Siklon Depresi Tropis, Badai Tropis, Hurricane dan Mayor Hurricane atau siklon paling besar.
Selain empat siklon tropis dia atas ada nama siklon topis baru yaitu Siklon Herman. Asal mulai nama siklon tersebut dicatat oleh BMKG sebagai siklon yang paling berbahaya.
Diharapkan siklon baru ini tidak sampai menerjang wilayah Indonesia. Berbahaya kalau bergerak ke timur wilayah Indonesia, kata Dr. Erma Yulishastin dari BRIN
Siklon Herman membuat peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional ( BRIN), Erma, khawatir pada Indonesia. Dia pun sampai meminta ampun kepada Allah, setelah melihat kondisi tersebut.
"Ya Allah, ampunilah dosa dan kecongkakan kami. Jauhkan siklon Herman dari Indonesia. Update siklon: bergerak ke timur. Tampaknya lebih cepat ke timur dari prediksi semula," cuit Erma di Twitter.
Dalam postingan tersebut, Erma menyertakan foto satelit Siklon Herman yang sedang berada di Samudera Hindia.
"Saya tidak tahu seberapa penting siklon Herman ini dalam pandangan pemangku kepentingan. Tetapi bagi ilmuwan, siklon semacam ini bisa sangat mengerikan dampak dari lapis-lapis pusarannya. Karena itu Erma hanya bisa berusaha mendampingi publik untuk upaya mitigasi terbaik," katanya.
Apa itu Siklon Herman? Siklon Herman adalah siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Radius rata-rata siklon tropis mencapai 150 hingga 200 km. Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26.5 derajat celcius.
Angin kencang yang berputar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan angin lebih dari 63 km/jam. Secara teknis, siklon tropis didefinisikan sebagai sistem tekanan rendah non-frontal yang berskala sinoptik yang tumbuh di atas perairan hangat dengan wilayah perawanan konvektif .
Siklon Herman mempunyai kecepatan angin maksimum mencapai 34 knot pada lebih dari setengah wilayah yang melingkari pusatnya, serta bertahan setidaknya enam jam.
Kadangkala di pusat siklon tropis terbentuk suatu wilayah dengan kecepatan angin relatif rendah dan tanpa awan yang disebut dengan mata siklon. Diameter mata siklon bervariasi mulai 10 hingga 100 km.
Mata siklon ini dikelilingi dengan dinding mata, yaitu wilayah berbentuk cincin yang dapat mencapai ketebalan 16 km, yang merupakan wilayah di mana terdapat kecepatan angin tertinggi dan curah hujan terbesar. Masa hidup suatu siklon tropis rata-rata berkisar antara 3 hingga 18 hari. Karena energi siklon tropis didapat dari lautan hangat, maka siklon tropis akan melemah atau punah ketika bergerak dan memasuki wilayah perairan yang dingin atau memasuki daratan.
Siklon tropis dikenal dengan berbagai istilah di muka bumi, yaitu "badai tropis" atau "typhoon" atau "topan" jika terbentuk di Samudera Pasifik Barat, "siklon" atau "cyclone" jika terbentuk di sekitar India atau Australia, dan "hurricane" jika terbentuk di Samudera Atlantik.
Deteksi BMKG Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi kemunculan siklon tropis Herman di Samudera Hindia sebelah selatan Banten berpotensi mempengaruhi cuaca di beberapa wilayah di Indonesia.
Deputi Meteorologi BMKG Guswanto menyampaikan, siklon tropis Herman terpantau di Samudera Hindia sebelah selatan Banten, tepatnya sekitar 14,4 lintang selatan dan 103,0 bujur timur dengan kecepatan angin maksimum 55 knot dan tekanan udara minimum 987 milibar (mb).
"Diperkirakan intensitas siklon tropis Herman menurun dalam 24 jam ke depan dan bergerak ke arah timur-tenggara menjauhi Indonesia," katanya di Jakarta, Kamis, 30 Maret.
Dampak tidak langsung terhadap cuaca di Indonesia dalam 24 jam ke depan, yakni hujan sedang hingga lebat disertai angin kencang di wilayah Bengkulu, Lampung, Banten, dan Jawa Barat. Angin kencang mencapai 25 knot berpotensi terjadi di wilayah pesisir barat Bengkulu, pesisir barat dan selatan Lampung, pesisir barat dan selatan Banten, dan pesisir selatan Jawa Barat.
Guswanto juga menyampaikan, siklon tropis itu juga berpotensi memicu gelombang tinggi 1,25-2,5 meter di Teluk Lampung, perairan Bengkulu, dan perairan selatan Jawa Timur. (*)