KETIK, SURABAYA – Hari Lansia Nasional (HLN) ditetapkan pemerintah setiap 29 Mei. Berdasakan ketetapan dari WHO, orang menginjak usia 56 tahun masuk kategori usia tua (elderly). Pada usia tersebut ternyata banyak perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun mereka masih bisa dikatakan usia tua produktif.
Bila mendengar kata usia lanjut banyak yang menafsikan masa tua yang tidak bisa berbuat banyak terhadap kehidupan. Namun usia lanjut di zaman milenial ini masih banyak lansia yang produktif. Misalnya masih bekerja dan memberikan pemikiran yang sehat untuk kepentingan masyarakat.
Produktif berarti masih bisa memberikan sumbangsih bagi kehidupan orang lain, diri sendiri maupun lingkungan. Apabila selama bekerja, waktu dan tenaga dicurahkan pada pekerjaan. Pada saat usia lanjut bisa dialihkan kepada sesama, misalnya, kegiatan keagamaan, kegiatan sosial, dan lainnya.
Menurut WHO (World Health Organization) klasifikasi usia terbagi sebagai berikut: Kelompok pertengahan (middle age) usia 45-54 tahun; lansia elderly yaitu kelompok usia 55-65 tahun; lansia muda (young old) yaitu kelompok usia 66 -74 tahun; lansia tua (old) yaitu kelompok 75 -90 tahun.
Dalam kehidupan lansia ternyata banyak perubahan. Terutama dalam hal kesehatan dan perilaku. Masalah kesehatan, misalnya harus bisa menjaga pola makan yang disesuaikan kondisi usia. Tujuannya menjaga kesehatan agar tetap dalam kondisi prima.
Bagi lansia yang kesehatannya tetap fit, merupakan nikmat yang harus disyukuri. "Sehat itu mahal," demikian ucapan sebagian lansia bila saling bertemu sesama teman. Hidup pada usia 55 hingga 70 tahun harus menjadi lansia yang Smart, sehat, mandiri, aktif, produktif, dan bermanfaat.
Menurut Dr. dr. Andi Sofyan Hasban, jumlah lansia di negeri ini semakin banyak. Menginjak usia lanjut, 55 -60 tahun sel-sel di dalam tubuh banyak yang menyempit karena faktor usia. Bahkan banyak sel yang mati. Karena itu, lansia banyak yang mengalami gerak lambat, daya ingat menurun.
Pada usia di atas mulai banyak penyakit yang muncul. Misalnya darah tinggi, kencing manis, jantung, kolestrol , dan ginjal. Penyakit ini mulai muncul pada lansia berusia 55-60 tahun. Bila merasa terkena penyakit jangan bosan-bosan berobat ke dokter dan lakukan secara rutin.
Andi mengajak Lansia harus banyak bergerak. Lakukanlah olahraga ringan setiap hari sesuai kemampuan. "Lebih penting menjaga gizi dengan baik," ujarnya.
Dia mengharapkan lansia harus hidup berkualitas dan tetap bisa menolong dirinya sendiri. Yang lebih penting tidak menjadi beban orang lain.
"Lansia diharapkan bisa hidup bahagia," kata Andi dalam keterangannya via Instagram.
Pada diri lansia, kata Andi diperlukan rasa kebahagiaan dan sering menjalin silahturami. Sebab, dengan cara demikian salah satu hormon di otak akan tinggi kadarnya. "Hiduplah yang berkualitas dan tidak membebani orang lain," pintanya.
Beberapa lansia menyambut baik adanya peringatan Hari Lansia Nasional (HLN). Sebab, kehidupan Lansia membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah dan pihak keluarga.
Koesnan Soekandar, 79 tahun pada satu kesempatan mengatakan kepada ketik.co.id bahwa memasuki masa lansia perlu menjaga kesehatan sebaik mungkin. Lelaki mantan jurnalis senior Surabaya ini menjelaskan, lansia harus menikmati hidup bahagia. Hidup jangan neko-neko (macam-macam). "Secara rutin rajin-rajinlah periksa ke dokter bila ada keluhan," katanya.
Sementara itu, Ibu Fauzi, 65 tahun, yang tinggal di kawasan Wisma Tengger mengatakan, lansia harus hidup happy dan bersemangat berolahraga. Saya rutin latihan tenis sejak muda. Olahraga yang saya tekuni bukan mencari prestasi. Hanya satu keinginan agar badan tetap sehat," katanya saat ditemui di lapangan tenis.
Lain lagi denga Abah Subiono, 72 tahun, mantan karyawan Perum DAMRI Surabaya ini sehari-hari beraktivitas sebagai takmir masjid. Dia juga aktif olahraga terapi Lien Tien Kung. (*)