KETIK, SURABAYA – Rumah tempat kelahiran Presiden Pertama RI Ir Soekarno di kampung Pandean IV No 40 kini dijadikan Bangunan Cagar Budaya (BCB) dan Museum. Bung Karno demikian nama panggilan akrab pejuang yang dilahirkan di kampung tersebut pada 6 Juni 1901.
Bung Karno adalah putera dari pasangan R. Sukemi Sasrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai.
Rumah Bung Karno sebelum dijadikan BCB dan museum sempat menjadi tarik ulur antara ahli waris dan Pemkot Surabaya. Berkat adanya kesepakatan, maka rumah berukuran 4 x 15 meter tersebut diambil alih oleh Pemkot Surabaya untuk museum.Mr. Bend, turis dari Kanada yang didampingi Januar dari Pemkot Surabaya ketika berada di Museum Bung Karno, Pandean lV No 40 Surabaya. (Foto : Kucoro S/Ketik.co.id)
Dari kampug Pandean Gang IV, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng tidak terlalu jauh menuju rumah sang proklamator tersebut. Dari gapura ke museum Bung Karno hanya berjarak sekitar 200 meter. Suasana kampung Pandean cukup asri. Rumah-rumah sepajang jalan menuju museum ditata rapi. Setiap rumah dihijaukan dengan tanaman perdu. Rumah Bung Karno di kampung tersebut menghadap selatan.
Museum Bung Karno dibuka untuk umum pada hari kerja. Di rumah yang sudah direnovasi itu dijaga oleh seorang pegawai pemkot secara bergantian. Sebab, rumah yang pintunya dalam keadaan tertutup tersebut sejak dijadikan museum banyak dikunjungi warga kota, pelajar, dan mahasiswa. Bahkan beberapa turis dari manca negera.
Januar, pemandu museum itu mengatakan bahwa Museum Bung Karno diresmikan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, 6 Mei 2023. Menurut Januar sejak diresmikan hingga kini banyak dikunjungi warga Surabaya dan turis.
Rumah tempat Bung Karno dilahirkan itu kini kelihatan apik. Sebab sebelum dijadikan BCB dan museum sempat direnovasi. Pintu masuk masih tetap seperti sebelum direnovasi. Daun pintu utama masuk dan dua jendela ukurannya seperti sebelum direnovasi. Pintu dan jendela oleh warga dicat cokelat, seperti warna aslinya.
Begitu masuk museum terpampang foto Kusno Sosrodihardjo (Bung Karno) waktu masih anak-anak. Pada foto tersebut Kusno mengenakan blangkon, jas warna putih dan dasi kupu. Nama Kusno diganti menjadi Soekarno, karena pada waktu kecil sering sakit-sakitan.
Di dalam rumah Bung Karno dipasang foto-foto silsilah keluarga Bung Karno. Foto-foto itu juga terpasang di setiap ruangan. Ada satu kalimat yang ditulis Ir Soekarno adalah : “Saja dilahirkan di Soerabaja jadi saja arek Soerabaja”
Foto Kusno (nama kecil Soekarno) yang ada di Museum Bung Karno. (Foto: Kuncoro S/Ketik.co.id)
Januar menjelaskan, hari kelahiran Bung Karno, 6 Juni. Di museum tidak ada acara serimonial apa pun. Menurut informasi yang diterima Januar, di makam Bung Karno Blitar pada tanggal tersebut ada acara tasyakuran.
Pada saat ketik.co.id datang ke museum ada seorang turis berasal dari Kanada, salah satu negera bagian di Amerika Serikat. Dia adalah Mr. Bend dari Jakarta naik kereta api turun di Stasiun Gubeng dan langsung ke kampung Pendean melihat museum Bung Karno. "Saya datang ke Surabaya ingin melihat tempat-tempat bersejarah di kota ini," katanya.
Selama di Surabaya Mr. Bend, dari Museum Bung Karno juga berkunjung ke BCB/Museum Haji Oemar Said Tjokroaminto (HOS Cokroaminoto) di kampung Peneleh Gang VII. Jarak antara kedua museum ini hanya sekitar 500 meter dekat jembatan legendaris Jalan Peneleh.
HOS Cokroaminoto adalah salah seorang pejuang perintis kemerdekaan. Di rumah inilah Bung Karno pernah kos dan berguru politik kepada HOS Cokroaminoto. Dia adalah pejuang aktif melawan kolonial Barat melalui organisasi politik Di dalam museum ini banyak peninggalan bersejarah dan foto-foto dokumen.
Freddy H Istanto, Founder Surabaya Heritage Society yang dihubungi ketik.co.id menyampaikan rasa terima kasih kepada Pemkot Surabaya yang sudah memberikan label rumah Bung Karno sebagai Bangunan Cagar Budaya. Selain itu juga menjadikan bagian dari aset pemkot, meski prosesnya lama.
Menurut dia, BCB rumah Bung Karno sudah banyak mengalami perubahan. Namun nilai tinggi kesejarahan menjadikan BCB ini otentik. "Bangunan Cagar Budaya itu menguatkan kawasan Peneleh, Pandean dan sekitarnya menjadi kawasan bersejarah," ujar Freddy, yang dosen Arsitektur Fakultas Industri Kreatif Universitas Ciputra.
Mengenal sejarah, kata Freddy, tidak hanya bisa melalui buku/gadget. Tapi mengunjungi situs sejarah itu lebih punya sisi emosional. Sehingga siswa lebih memahami siapa, mengapa, dan apa itu founding father bangsa Indonesia.
Seperti diketahui di Surabaya ada beberapa BCB dan dijadkan museum. Antara lain rumah tempat lahir Ir Soekarno (Bung Karno), Rumah HOS Cokroaminoto dan rumah pencipta lagu Indonesia Raya Wage Rodolf Supratman di kawasan Jalan Tambaksari, Surabaya (*)