KETIK, SURABAYA – Pedagang pakaian bekas impor di Surabaya kian semarak. Di beberapa sudut Kota Surabaya banyak pedagang menggelar dagangan pakian bekas impor. Keuntungan bisnis ini menjanjikan. Kalau lagi nasib baik satu karung labanya bisa ratusan ribu.
Pedagang pakaian bekas di atas paling dikenal warga Surabaya adalah di sepanjang Jalan Gembong. Pakaian impor yang dijajakan di pinggir jalan itu berbagai jenis. Mulai kaos, celana jean berbagai merek, jaket, training bahkan topi yang bermerek dijual di kawasan tersebut. Kondisi barang bekas tersebut masih layak pakai. Meraka yang rajin membeli pakaian bekas impor ini kebanyakan hanya berburu pakaian yang bermerek
Pakaian bekas impor ini menurut informasi berasal dari Negeri Panda, Hongkong, Singapura, Taiwan, dan Korea. Hal ini terlihat jaket atau baju yang dijual ada logo dan tulisan dari negara asalnya.
Maraknya penjualan pakaian bekas impor ini membuat pemerintah turun tangan. Sementara pemerintah kota Surabaya mulai ikut memantau dan mengewasi peredarannya. Pemkot terus melakukan pembinaan para pedagang. Caranya lewat subsektor Sarana Distribusi Perdagangan Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan (Diskopdag) Surabaya.
Sebenarnya larangan impor barang bekas (pakaian) sudah tertuang Menperindag 40/22 dalam beberapa pasal tercantum larangan impor karung dan pakaian bekas ke Indonesia.
Setiap kebijakan pemerintah biasanya ditindaklanjuti dengan surat edaran kata Ferida Widyastuti dari Diskopdag Surabaya kepada salah seorang wartawan. Ia menjelaskan, barang bekas tersebut dilarang masuk ke Indonesia dinilai berdampak buruk pada mereka yang memakai. Dalam mengatasi maraknya penjualan pakaian bekas inpor ini pihak Diskopdag Surabaya baru tahap memberikan pengawasan dan pembinaan.
Berdasarkan cacatan ketik.co.id di Solo ada salah satu perusahaan tekstil yang melakukan protes ke pemerintah mengenai maraknya impor pakaian bekas yang masuk Indonesia. Bahkan perusahaan tekstil tersebut bekerja sama dengan salah satu media online untuk mengkampanyekan melarang menjual dan pembelian pakain bekas impor.
Pakaian bekas yang digelar di Jalan Gembong dan Jalan Pahlawan (pagi) semuanya bermerek. Harga jaket olahraga merek Nike, Lotte dan celana jean hanya sekitar Rp 75 ribu. Kaos Polo hanya Rp 60 ribu. Kemeja lengan pendek sekitar Rp 50.000. Kondisi barangnya masih bagus. Masih layak pakai, daripada beli baru harganya mahal, kata Hendri, yang gemar mengoleksi pakaian bekas impor.
Pria berkulit putih ini menjelaskan beli pakaian bekas impor memang harus ektra hati-hati. Barang yang dibeli dibersikan berkali-kali. Hal ini untuk menghidari kemungkinan gangguan kesehatan pada kulit. Aman kalau dicuci dengan sempurna katanya.
H. Husein, pada tahun 2010 profesinya pedagang pakaian bekas impor yang dijual di kawasan Tandes, Surabaya. Ketika ditemui menyatakan bahwa bisnis jual pakaian bekas impor memang untungnya besar. Pakaian bekas impor yang dikemas dalam karung itu, bisa-dipilah-pilah. Pakaian yang bagus disisikan dan yang tak layak dibuang.
Harga satu karung waktu itu sekitar Rp 150 ribu Setelah dipilah, yang baik dijual semua hingga bisa mengumpulkan uang hampir satu juta. Husein ini tidak tertarik lagi menjual pakaian bekas impor. Dia terkena sanksi dari pemerinah. Dia sekarang alih pekerjaan jadi pedagang buah-buahan. (*)