KETIK, SURABAYA – Nama Gedung Setan di Surabaya tak asing lagi untuk warga kota. Gedung tua yang berusia hampir 200 tahun itu kini kelihatan tak seram lagi. Dulu di tahun 1950-an memang dikenal bangunan yang menyeramkan. Di dalam gedung belum banyak penghuni. Apalagi tanah di sekitar gedung itu belum ada rumah, sepadat sekarang.
Kini dalam gedung setan tersebut dihuni warga prasejatera termasuk warga Tionghoa. Warga prasejatera di sana hidup dengan usaha seadanya. Ada yang membuat makanan ringan dan berjualan di pasar yang berada di depan gedung setan. Gedung Setan tersebut tepatnya masuk Kampung Banyu Urip Wetan 1A no 107, RT 001/RW 06.
Dalam rangkaian Hari Raya Imlek, Minggu 22 Januari 2023, panitia Imlek mengadakan bhakti sosial. Kegiatan tersebut rencananya dilakukan , Sabtu, 14 Januari 2024, pukul 15.00 WIB di Fresh One Jl. Diponegoro 152 Surabaya. Dalam acara bhakti sosial ini akan dibagikan 120 paket. Setiap paket berisi kebutuhan sehari-hari. Paket yang akan dibagikan berupa beras 600 kg, minyak 120 liter, sirup 120 botol, gula 120kg, kopi dan biskuit. Ada juga pembagian angpao. Bantuan sosial tersebut atas kerja sama grup yang dikoordinasi oleh H Awi dan Winyoto Gunawan.
Gedung Setan ini terletak di kampung Banyu Urip Wetan. Posisinya menghadap ke Jalan Pasar Kembang - Jl.Diponegoro. Sebelah kiri Jalan Girilaya. Sementara bagian belakang perkampungan Banyu Urip Wetan.
Seberang jalan depan gedung setan ada dua rel kereta api uap (double track). Kereta api yang menggunakan bahan bakar arang (batu bara} itu rutenya dari pelabuhan Ujung sampai ke Sepanjang. Kareta api uap ini sebagai alat tranpotasi warga yang akan bekerja dan pedagang.
Di depan gedung terdapat Kali Banyuurip yang bermuara ke kawasan Benowo. Gedung Setan merupakan bangunan gedung tertingggi di jamannya. Karena itulah gedung ini termasuk Cagar Budaya Kota Surabaya. Sayang gedung tua tersebut tidak direvitalisasi pemerintah kota Surabaya. Gedung Setan pernah menjadi milik pribadi, kata sebuah sumber di Pemkot Surabaya.
Sejarah Gedung Setan, milik orang Balanda. Namun jaman sudah berganti. Gedung tersebut dibeli oleh seorang Tionghoa, Surabaya. Lalu, gedung tersebut dibiarkan dan tidak digunakan sebagai tempat tinggal.
Lokasi Gedung Setan dulu dianggap gedung angker. Hal ini sering diceritakan warga yang tinggal di situ sekitar tahun 1950 an. Sebab di kanan kiri gedung tersebut digunakan sebagai makam orang Tionghoa.Warga kota Surabaya menyebut makam Tionghoa di sana dIsebut Bong alias makam yang tanahnya luas.
Kala itu sekitar Gedung Setan banyak pohon besar. Di sekitar Bong juga banyak taman bambu kuning untuk mengelilingi lokasi makam. Karena makam Tionghoa di sana sudah termasuk bagian kota yang berkembang, maka banyak makam Bong yang digusur. Tanahnya dikavlimg dijual untuk rumah penduduk. (*)