KETIK, PALEMBANG – Sektor pertambangan khususnya batubara diproyeksikan masih menjadi indikator penunjang pertumbuhan laju ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan.
Hal terebut disampaikan langsung Kasubbid Pariwisata, Industri dan Perdagangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumsel, Marini dalam rangkaian kegiatan diskusi Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025, Selasa (10/12/2024).
Dalam pemaparannya, Marini menerangkan potensi batubara di Sumsel masih cukup besar yakni di angka 8 Mega Ton. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumsel pada periode 2023 hingga triwulan III/2024 menunjukkan tren peningkatan hingga 5,04 persen.
“Batubara masih menjadi tulang punggung pergerakan ekonomi di Sumsel,dengan besaran hingga 3,51 persen. Kendati begitu berdasarkan tiga skenario IEA 2022 permintaan batubara global diprediksi akan mengalami penurunan sekitar 20 persen di tahun 2030 dan 70 persen di tahun 2050,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan, ke depan kegiatan ekspor batu bara akan berdampak. Apabila hal ini terjadi maka pergerakan ekonomi di Sumsel dipastikan akan melambat.
Namun, ini justru menjadi peluang besar bagi perencanaan transisi energi yang berfokus pada penggunaan energi yang lebih bersih, seperti yang tertuang dalam Asta Cita sebagai misi Presiden Prabowo yang menjadi Prioritas Nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025 hingga 2029.
“Pemerintah pusat mendorong agar pemerintah daerah mampu merancang lebih serius pembangkit listrik yang lebih ramah lingkungan yang artinya sumber energi fosil justru dapat dilakukan pengurangan konsumsinya,” ujar dia.
Adapun potensi dan pemanfaatan energi terbarukan di Sumsel memiliki kapasitas yang sangat besar, dengan potensi mencapai 21.032 megawatt (MW). Sedangkan kapasitas terpasang saat ini baru mencapai 4,70% atau 989,12 MW.
"Jadi, Sumsel masih memiliki potensi besar untuk pengembangan energi terbarukan," kata Marini.
Potensi energi terbarukan yang tersedia di Sumsel terdiri dari tenaga air, angin, surya, bioenergi, dan geotermal.
Sementara itu, di tempat yang sama General Manager PLNUnit Induk Distribusi Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (UID S2JB) Adhi Herlambang turut menyampaikan komitmennya tehadap rencana swasembada energi di Sumsel.
Melihat potensi sumber daya Energi Baru Terbarukan (EBT) di Sumsel dirinya yakin bila terjadi kolaborasi yang tepat antara PLN, pemerintah dan sektor swasta kekuatan infrastruktur kelistrikan yang ramah lingkungan akan berjalan dengan semestinya.
“Potensi di Sumsel ini sangat besar untuk bidang energi, suplai kelistrikan di Sumsel mengalami suurplus sampai sejauh ini. Meskipun listrik di wilayah Sumsel masih tersalurkan 90 persen, akan tetapi ini menjadi tugas kami utnuk memperhatikan sekitar 10 persen masyarakat yang belum menikmati listrik,” paparnya.
Dalam kegiatan diskusi yang bertajuk Heading Towards an Inclisive and Sustainable Economy ini dia membeberkan saat ini Sumsel potensi sumber daya energi Geothermal sebesar 918 MW, Batubara 8 M Ton, Biomassa 2.132 MW, Hidro 448 MW, Surya 17.233 MWp dan Sampah 0,5 MW.
“Sumsel punya peluang besar dalam mengembangkan potensi EBT tentunya dengan kesiapan terhadapa ancaman resiko. Seperti di sektor PLTS, apabila ini ingin dikembangkan maka kita harus mempersiapkan kebutuhan seperti storage dalam jumlah besar dan harga yang cukup mahal,” terangnya.
Senada dengan itu, Sukanto, pengamat ekonomi Universitas Sriwijaya, menyampaikan bahwa keberhasilan swasembada energi akan menjadi katalis utama bagi pertumbuhan industri dan perdagangan di Sumsel. “Efisiensi energi dan inovasi teknologi harus menjadi fokus dalam pengembangan sektor ini,” katanya. (*)