KETIK, PALEMBANG – Guna mendukung ketahanan pangan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menggandeng ICRAF Indonesia untuk merancang kurikulum muatan lokal (mulok) pangan bagi siswa SMA dan SMK.
Plt. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan Awaluddin mengatakan, edukasi tentang pangan lokal kepada murid sekolah dianggap penting seiring Provinsi Sumsel mulai merasakan berbagai dampak perubahan iklim.
Misalnya bencana hidrometeorologi dan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang frekuensinya kian sering dan intensitasnya meningkat.
Dampak-dampak tersebut dapat memengaruhi ketersediaan pangan, dan pada akhirnya mengganggu ketahanan pangan masyarakat Sumsel. Dalam situasi ini, pangan lokal dapat menjadi solusi.
Namun, ada beberapa tantangan dalam pemanfaatan pangan lokal. Salah satunya adalah masyarakat, khususnya generasi muda, kurang akrab dengan jenis-jenis pangan lokal serta manfaatnya. Selain itu, banyak dari mereka lebih menyukai pangan impor yang dianggap lebih modern dan bergengsi. Kurikulum ini dirancang untuk mengatasi dua tantangan itu.
“Dengan support dari ICRAF Indonesia, Dinas pendidikan melalui Tim pengembang kurikulum saat ini dalam proses penyusunan kurikulum mulok pangan lokal. Nantinya akan diimplementasikan secara bertahap terlebih dahulu pada beberapa sekolah pilot, untuk mendapatkan feedback yang digunakan untuk penyempurnaan kurikulum," ungkapnya.
Adapun kegiatan lokakarya di Palembang, Selasa (03/12/2024) lalu, turut menandai awal proses pengembangan mulok pangan lokal di Sumsel.
Sebelumnya, pada Oktober, Disdik membentuk tim pengembang serta tim teknis kurikulum Mulok Pengembangan Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim yang beranggotakan pejabat dinas, guru penggerak, dan peneliti dari ICRAF Indonesia.
Sejalan dengan itu, Direktur ICRAF Program Indonesia, Andree Ekadinata, menambahkan bahwa keragaman pangan Sumatera Selatan sangat tinggi, dan ICRAF ingin mendukung upaya Disdik untuk mengenalkan pangan lokal kepada generasi muda guna mendukung ketahanan iklim.
Kerja sama Disdik Sumsel dengan ICRAF ini juga merupakan bagian dari kegiatan riset-aksi Land4Lives yang disokong oleh pemerintah Kanada.
Kegiatan ini dirancang untuk membantu masyarakat dalam melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Salah satu fokus Land4Lives adalah meningkatkan ketahanan pangan masyarakat, termasuk inisiatif mempromosikan pangan lokal.
Peneliti ICRAF Indonesia yang masuk dalam tim pengembang, Balgies Devi Fortuna, mengatakan inisiatif mulok pangan lokal untuk ketahanan iklim sudah dimulai di dua provinsi tempat kegiatan Land4Lives lainnya, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Saat ini prosesnya sudah sampai tahap uji coba di sejumlah SD dan SMP.
“Untuk Sumsel, karena sasarannya siswa SMA, kurikulumnya dirancang lebih maju dan disesuaikan dengan kebutuhan remaja usia SMA,” kata Balgies.
Dia menjabarkan tujuh langkah penyusunan kurikulum mulok pangan lokal yang ditempuh Disdik bersama ICRAF. Tujuh langkah tersebut adalah penguatan pemahaman bersama, identifikasi kebutuhan dan konteks, penyusunan kurikulum, pengembangan bahan ajar, uji coba kurikulum dan bahan ajar di sekolah contoh, evaluasi bersama dan konsultasi publik, pengesahan dan implementasi.
“Saat ini baru tahap pertama dan kedua. Nanti kurikulum ini akan diuji coba dan dievaluasi terlebih dahulu untuk melihat kecocokan implementasinya di provinsi Sumsel,” tutup dia. (*)