KETIK, BANGKALAN – Untuk menanggulangi penyebaran virus Polio dan mengejar presentase imunisasi Polio sebesar 100 persen, Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan bekerja sama dengan Unicef, WHO dan Ketik.co.id menyelenggarakan Sub PIN Polio 2024 tahap pertama yang berlangsung sejak 15 hingga 21 Januari 2024.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Bangkalan, Nur Hotibah mengatakan saat ini tingkat imunisasi di Bangkalan sudah mencapai 95,1 persen dan tersisa 4,1 persen. Ia optimistis dalam waktu dekat bisa mencapai 100 persen sesuai dengan harapan Pemkab Bangkalan.
"Iya kami optimis dalam waktu dekat tingkat imunisasi bisa mencapai 100 persen dalam waktu dekat, karena sekarang cuma sisa 4,1 persen saja," jelasnya saat ditemui di Sentra IKM Bangkalan, Senin (22/1/2024).
Wanita yang akrab disapa Nur tersebut menambahkan, untuk mengejar target 100 persen dirinya menyasar Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar dan para balita di desa-desa yang tersebar di Kabupaten Bangkalan.
Suasana Dialog Komitmen dan Strategi Madura Sukses Sub PIN Polio yang digelar di Sentra IKM Bangkalan. (Foto: Yusuf /Ketik.co.id)
Salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah regulasi di suatu desa di salah satu kecamatan yang mana pihak Puskesmas harus didampingi oleh ketua MUI dan Fatayat NU setempat untuk mengajak masyarakat di sana agar mau melakukam imunisasi terhadap anak mereka.
"Jadi memang kendala utama kami terkait paradigma yang ada di masyarakat terkait kehalalan vaksin yang digunakan. Oleh sebab itu kami harus didampingi oleh MUI dan Fatayat NU agar masyarakat mau imunisasi," tambahnya.
Progress Capaian 99,2 Persen
Progress terbaru sub PIN Polio 2024 di Kabupaten Bangkalan mencapai 99,2 persen pada Selasa (23/1/2024). " Sampai hari ini, capaian sub PIN Polio 99,2 persen. Insyaallah Rabu (24/1/2024) capaian 100 persen," ujar Kadinkes Nur Hotibah.
Untuk diketahui pemerintah melalui Kementerian Kesehatan melaksanakan Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio putaran pertama secara serentak di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, dan Jawa Tengah, serta Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Hal ini dilakukan setelah merebaknya kasus poliomyelitis (Polio) di Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Pamekasan serta Sampang Provinsi Jawa Timur. Hal ini dilakukan agar Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio tidak menyebar semakin luas di wilayah tersebut.(*)
