KETIK, JAKARTA – Perkembangan teknologi yang semakin pesat dapat dirasakan manfaatnya oleh banyak orang di berbagai sektor. Seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi dan lain-lain.
Akan tetapi, teknologi juga datang bersamaan dengan dampak negatif. Salah satunya tentu saja serangan di dunia maya dengan menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intellegence/AI).
Baru-baru ini sebuah studi yang dilakukan Kaspersky dengan melibatkan para profesional InfoSec dari perusahaan menengah dan besar di seluruh dunia, mengungkapkan bahwa 46 persen responden meyakini bahwa sebagian besar serangan dunia maya yang dialami oleh organisasi mereka dalam 12 bulan terakhir menggunakan teknologi AI dalam beberapa cara.
Dilansir dari Suara.com jaringan media nasional Ketik.co.id, AI mampu memberdayakan penjahat dunia maya untuk menyerang target mereka dengan kecepatan dan ketepatan yang lebih tinggi. Salah satu hal yang paling kentara adalah cara AI merevolusi kampanye phishing dan rekayasa sosial otomatis.
Di tangan para peretas, AI dapat digunakan untuk menganalisa berbagai data karyawan mulai dari mempelajari posisi mereka di perusahaan, pola perilaku dalam komunikasi, bahkan hingga mengungkap aktivitas media sosial mereka untuk menciptakan taktik rekayasa sosial yang sangat personal dan kredibel.
Tidak hanya itu, AI juga dapat digunakan untuk menghasilkan konten audio dan video deepfake yang mampu meniru suara dan rupa CEO atau eksekutif lain dalam penipuan.
Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan, serangan yang dilakukan oleh AI dapat menembus berbagai mekanisme keamanan tradisional yang dilakukan untuk melindungi data karyawan.
AI merupakan teknologi yang mampu belajar secara real time dengan menguni segala kemungkinan varian serangan yang akan diluncurkan kepada target. AI dapat bekerja lebih efektif untuk menghindari perangkat lunak keamanan dan deteksi firewall.
Untuk melawan ancaman kejahatan dunia maya yang didorong oleh AI, bisnis perlu berfokus pada pembangunan kerangka kerja keamanan siber yang komprehensif daripada hanya mengandalkan solusi yang didukung AI.
Diperlukan pendekatan pengamanan berlapis yang mencakup seluruh perangkat agar sistem tidak mudah diretas oleh AI. Selain itu pelatihan karyawan juga penting dilakukan secara berkala, agar dapat memberikan respons insiden yang proaktif.(*)