KETIK, JEMBER – Inovasi terus digalakkan untuk memajukan dunia pertanian di Indonesia. Sejumlah peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Jember (Faperta Unej) telah menciptakan Alat Pengering Daun Kelor, yang diharapkan dapat membawa perubahan signifikan dalam produksi dan mutu daun kelor, serta produk turunannya.
Melalui Alat Pengering Daun Kelor ini, proses pengeringan daun kelor tidak lagi tergantung pada sinar matahari, sehingga menjadi lebih cepat dan efisien. Djoko Soedjono, SP., MP., salah satu dosen dari Faperta Unej yang terlibat dalam penelitian ini, menjelaskan bahwa alat ini memiliki kapasitas produksi hingga 8 kg per hari. Dengan suhu yang diatur pada 60⁰C, proses pengeringan hanya memerlukan waktu 4 jam.
“Dan jika diatur pada suhu 50⁰C, waktu yang diperlukan adalah 5 jam. Para petani kini dapat mengukur ritme produksi sesuai dengan kebutuhan mereka. Dan yang lebih penting, lewat alat ini, produk turunan daun kelor menjadi lebih higienis dan aman untuk dikonsumsi,” ujar Djoko.
Djoko terlibat dalam pembuatan Alat Pengering Daun Kelor ini melalui Kelompok Riset (KeRis) MORINDEV Innovation and Development of Moringa Research Group Universitas Jember.
Kelebihan lain dari Alat Pengering Daun Kelor ini adalah kemampuannya untuk menjadikan proses pengeringan produk daun kelor tidak terkontaminasi oleh kotoran atau debu yang sangat mungkin terjadi jika dilakukan di ruang terbuka.
Selain meningkatkan efisiensi produksi, Alat Pengering Daun Kelor juga berpotensi meningkatkan kebersihan dan kadar nutrisi produk turunan kelor. Proses pengeringan di bawah sinar matahari dapat mengakibatkan penurunan kadar nutrisi kelor, sedangkan dengan alat pengering ini, nutrisi dapat lebih terjaga.
Hibah Alat Pengering Daun Kelor dari Faperta Unej kepada para petani kelor di Sumenep. (Humas Unej)
Untuk meningkatkan kapasitas petani, Alat Pengering Daun Kelor ini dihibahkan kepada kepada para petani kelor di Desa Pakandangan Sangra, Kecamata Bluto, Kabupaten Sumenep.
Diharapkan para petani mampu mempercepat produksi produk-produk olahan tanaman kelor dan membuat mereka lebih kompetitif di pasar internasional.
“Kita telah lama melakukan pendampingan terhadap para petani kelor di desa ini. Kami berharap Desa Bluto dapat menjadi pusat riset dan produksi tanaman kelor dan turunannya di Pulau Madura. Hal ini dapat membantu para ilmuwan yang ingin mempelajari budidaya tanaman kelor dan produk-produk turunannya serta memberikan edukasi kepada masyarakat di Pulau Madura,” ujar Prof Soetriono, Dekan Faperta Unej.
Hibah Alat Pengering Daun Kelor ini disambut gembira oleh para petani. Alat ini sangat membantu mereka untuk tetap memenuhi permintaan produk turunan kelor di saat musim hujan. Seperti mie kelor, kerupuk kelor, emping, dan rengginang, yang merupakan oleh-oleh khas Pulau Madura.
“Dengan alat ini, proses pengeringan yang lebih steril dan aman dari debu, produk turunan kelor dapat memenuhi standar kesehatan dan keamanan yang tinggi,” ujar Ahmad Nurdi, Ketua Kelompok Tani Desa Pakandangan Sangra, Kecamatan Bluto.
Sebagai informasi, saat ini suplai kelor terbesar dunia hanya berasal dari Indonesia dan India, yang bahkan hanya mampu memenuhi 30 persen dari total kebutuhan global. Hal ini menunjukkan potensi yang masih terbuka lebar.
Daun kelor yang ternyata memiliki banyak khasiat medis. (Dinas Kesehatan Kabupaten Badung)
Digunakan Untuk Praktik Klenik, Daun Kelor Ternyata Teruji Klinis
Di masa lampau, daun kelor kerap digunakan untuk pengobatan para dukun di sejumlah wilayah di Indonesia. Hal ini masih berlangsung di sejumlah titik.
Namun, berdasarkan riset para ahli, daun kelor ternyata memang mengandung sejumlah senyawa atau zat yang berkhasiat untuk tubuh.
Dikutip dari Kementerian Kesehatan, daun kelor atau yang memiliki nama latin Moringa oleifera, adalah jenis tanaman tropis yang mengagumkan. Selain memiliki ukuran daun yang kecil, pohon kelor juga dapat tumbuh dengan baik di tanah yang tidak terlalu subur.
Lebih dari 1.300 studi, artikel, dan laporan telah mengungkapkan potensi kelor dalam penyembuhan penyakit dan penanganan masalah kekurangan gizi.
Daun kelor mengandung antioksidan yang dapat membantu dalam penyembuhan penyakit jantung dan diabetes. Selain itu, daun kelor kaya akan nutrisi dan vitamin, termasuk isotiosianat, yang merupakan zat yang efektif dalam mengatasi peradangan. Senyawa-senyawa seperti fenolik, flavonoid, betakaroten, zeaxanthin, tain, dan lutein yang terkandung dalam daun kelor juga memiliki manfaat kesehatan, termasuk untuk menjaga kesehatan mata dan mengatur asam lambung serta menurunkan kolesterol jahat.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin bahkan ingin mendorong agar riset tanaman kelor – mulai dari daun hingga akar- untuk dikembangkan secara serius. Indonesia berambisi agar daun kelor bisa sejajar dengan tanaman ginseng sebagai tanaman herbal bernilai ekspor tinggi. (*)