KETIK, MALANG – Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI) Malang Raya mengkritik peringatan Hari Buruh yang dilakukan oleh pemerintah. Peringatan tahun ini mengambil tema "Kerja Bersama Mewujudkan Pekerja/Buruh yang kompeten" dengan tagline May Day is "Terampil" Day dinilai tidak relevan.
Menurut Misdi, Koordinator SPBI Wilayah Malang Raya, setiap buruh adalah sosok yang terampil. Ia menyayangkan keterampilan yang dimiliki buruh tidak diimbangi dengan upah yang layak.
"Itu (May Day is Terampil Day) kan bahasanya mereka. Kalau buruh itu terampil tapi upahnya tidak diterampilin. Itu bahasa mereka, kalau kami tidak masuk di bahasa itu. Karena hari ini banyak pelanggaran kok (bicara) terampil. Buruh semua itu terampil," tegasnya pada aksi demonstrasi di depan Balai Kota Malang.
Ia menjadikan buruh rokok sebagai salah satu contoh pekerja yang memiliki keterampilan. Tangan-tangan cekatan para buruh tak mungkin dapat menghasilkan ribuan roko yang akan dikemas dan dipasarkan ke pelanggan apabila tidak disertai dengan keterampilan.
"Bilang saja buruh rokok, kalau enggak terampil memangnya bisa bekerja, kan tidak. Tapi upah buruh rokok coba saja kita lihat sejauh mana, normal atau tidak," tegasnya.
Di acara yang berbeda, Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat turut hadir dalam Peringatan Hari Buruh Internasional yang sempat dikritik oleh SPBI. Wahyu menjelaskan di Hari Buruh ini lebih baik diisi dengan upaya untuk meningkatkan keterampilan.
"Sebenarnya Hari Buruh ini bukan bagaimana kita berkeluh kesah, tapi untuk meningkatkan keterampilan. Nanti akan ada banyak hal yang disampaikan agar pemahaman dan pengetahuan terkait buruh harus seperti apa. Jadi memang harus dimaknai dengan hal-hal yang positif," kata Wahyu.
Wahyu berpesan agar hubungan antara buruh dan pengusaha dapat terjalin sebagai mitra kerja yang baik. Keduanya memiliki tanggungjawab yang sama dan saling memberikan keuntungan.
"Mareka punya tanggung jawab yang sama. Buruh itu bekerja kemudian dapat bayaran, kemudian hasilnya dijual jadi pendapatan perusahaan. Jadi itulah siklus, saling menempatkan. Kalau tidak ada buruh, perusahaan ya repot," ungkapnya. (*)