KETIK, NGAWI – Kabupaten Ngawi sukses menjadi produsen gabah dan beras tertinggi di Indonesia. Bahkan kesuksesan Ngawi dimulai sejak 2021 lalu.
Keberhasilan Ngawi menjadi produsen gabah dan beras tertinggi nasional tak lepas dari program Bupati Ony Anwar Harsono yang melaunching pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Program tersebut sukses mendongkrak produktivitas padi di Ngawi hingga membuat Soekarwo anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) turun ke bumi orek-orek dan terang-terangan ingin belajar.
‘’Saya terus terang ingin belajar di Ngawi ini. Produktivitas padinya paling bagus, bahkan ada kelompok tani yang satu hektarnya bisa menghasilkan 13-14 ton. Ini luar biasa," terang Pakde Karwo, sapaan akrab Soekarwo.
Wantimpres Soekarwo saat berdiskusi dengan Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono di Pendopo Ngawi sebelum turun ke petani di lapangan.
Besarnya angka produktivitas padi temuannya itu dinilai sangat luar biasa dan dua kali lipat lebih besar dari rata-rata nasional yang ada di angka 5,6 ton perhektar.
‘’Kalau rata-rata itu naik katakanlah 10 persen saja, berarti berimbas pada pengurangan impor yang sangat signifikan, berarti devisa aman. Ini kan sangat luar biasa’’ ungkapnya terkagum-kagum.
Pakde Karwo mengaku terang-terangan bertanya ke Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono terkait rahasianya dalam meningkatkan produktivitas pertanian di wilayahnya. Pakde Karwo juga bertanya ke masyarakat petani dalam mendongkrak hasil panen.
‘’Ngawi ini sangat luar biasa. Saya bertanya ke Pak Bupati dan ke masyarakat, saya ingin belajar karena caranya (meningkatkan produktivitas) luar biasa,’’ ungkap mantan Gubernur Jatim dua periode itu.
Menurutnya di Ngawi tidak ada Elnino, sebab temuannya banyak lahan-lahan di Ngawi yang memiliki kecukupan air sehingga dilakukan percepatan tanam untuk memenuhi ketahanan pangan nasional.
‘’Di Ngawi tidak ada Elnino, adanya la nina karena masih banyak air di sini,’’ imbuhnya.
Menurutnya, kesuksesan Ngawi meningkatkan produktivitas padi tak lepas dari cara Bupati Ony Anwar Harsono dalam menciptakan kebijakan, berkomunikasi dengan masyarakat dan memahami pertanian.
‘’Caranya saja luar biasa, jadi bupatinya mendengarkan usulan petani seperti apa, bupati membuat kebijakan dan masyarakat itu bagian mengambil kebijakan,’’ tegasnya.
Daerah lain, kata Pakde, harus belajar ke Ngawi untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Namun ada beberapa syarat di antaranya harus komitmen untuk dapat mentransformasikan ilmunya ke petani.
‘’Daerah lain harus belajar ke Ngawi, tetapi masalahnya sangat mendasar apakah bisa mentransformasikan pikiran itu kepada para petani,’’ tambahnya.
Menurutnya, kultur masyarakat mataraman khususnya di Ngawi dan sekitarnya petaninya mudah diajak berkolaborasi untuk merumuskan bersama.
‘’Kalau daerah lain ingin belajar, petani ajak dulu berkomunikasi untuk merumuskan bersama. Jika itu bisa dilakukan saya kira keberhasilan itu sangat dekat, tetapi kalau hanya instruksi dengan peraturan dan komunikasi yang tidak baik ini menjadi tantangan,’’ bebernya.
Pakde Karwo menyebut pimpinan yang baik harus mau belajar, tahu masalah dan bisa menciptakan solusi dalam mengatasi masalah tersebut.
"Untuk tahu ada dua yaitu belajar dan meniru ada dua ini, lebih cepat niru tapi harus manut,’’ pungkasnya.
Mendapat banyak pujian dari Pakdhe Karwo, Bupati Ony Anwar Harsono hanya tersenyum simpul dan mendampingi agenda Wantimpres ke beberapa tempat. Di antaranya ke penggilingan padi di Kartoharjo, ke Gudang Bulog Geneng dan bertemu kelompok tani. (*)