KETIK, NGAWI – Kirab Ganti Langse Palenggahan Agung Srigati Ngawi sukses menyedot ribuan wisatawan baik lokal maupun nusantara.
Betapa tidak wisatawan tak sabar menantikan tradisi tahunan di pertengahan bulan Muharram atau Suro ini.
Tak heran jika sepanjang rute kirab Ganti Langse Palenggahan Agung Srigati, mulai balai Desa Babadan hingga Alas Ketonggo dipadati ribuan wisatawan.
Banyaknya wisatawan yang hadir membuat warga lokal Ngawi memanfaatkan momentum ini untuk berjualan, baik makanan, minuman maupun mainan anak-anak berjajar rapi dipinggir jalan sepanjang rute hingga di lokasi utama Ganti Langse Palenggahan Agung Srigati.
Wakil Bupati Ngawi Dwi Riyanto Jatmiko mengatakan tradisi tahunan Ganti Langse Palenggahan Srigati digelar dengan tujuan melestarikan budaya tradisional. Sebab, banyak warga lokal dan luar daerah yang kerap berkunjung ke salah satu wisata spiritual terbaik di Jawa Timur ini.
‘’Selain mendatangkan wisatawan dari luar daerah, kegiatan ini sekaligus meningkatkan geliat perekonomian rakyat khususnya warga sekitar,’’ terang Wabup Dwi Riyanto Jatmiko yang akrab disapa Mas Antok, usai mengikuti kirab Ganti Langse Palenggahan Agung Srigati.
Hal itu lanjut Mas Antok sesuai dengan HUT Ngawi ke-665 yang mengusung tema ‘kolaborasi wujudkan Ngawi bangkit mandiri’, yang dapat dimaknai sebagai budaya gotong-royong dan guyub rukun dalam mewujudkan Ngawi bangkit dan Mandiri.
‘’Untuk itu Pemkab Ngawi fokus menciptakan event-event yang mengundang keramaian masyarakat, tidak hanya di pusat kota Ngawi namun merata di seluruh wilayah Ngawi,’’ ungkapnya.
Efek positif dari banyaknya kunjungan wisata ini tentu perputara uang dari aktifitas ekonomi dari transaksi pengunjung wisata ke pedagang di sekitar. Apalagi banyak pengunjung luar daerah yang sampai menginap hal ini tentu untuk kebutuhan makanan dan minuman dibeli dari penjual di sekitar wisata spiritual itu.
‘’Multiplier effectnya luar biasa, perputaran uang di lokasi wisata spiritual ini meningkat pesat, yang tentunya membawa kesejahteraan bagi warga sekitar,’’ tegasnya.
Pemkab Ngawi, tambah Mas Antok komitmen untuk terus berinovasi dalam menggeliatkan ekonomi kerakyatan. Baik dengan menggelar event budaya maupun menggelar event keratif lainnya yang dampak positifnya dapat dirasakan langsung oleh rakyat.
‘’Kegiatan-kegiatan yang berpotensi mendatangkan kunjungan wisatawan dan berpotensi meningkatkan transaksi penjualan terus diperbanyak, baik melalui event, perlombaan maupun kegiatan kreatif lainnya,’’ paparnya.
Agung Subroto pedagang makanan asal Pangkur mengatakan rutin datang ke acara adat tahunan ini. Sebab dagangannya cepat habis hingga dia membawa banyak stok cukup untuk berjualan.
‘’Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya kalau biasanya habis 7 kilo kalau disini minim 15 kilo habis mas,’’ ungkapnya sambil menyebut mendapat untung yang melimpah.
Sementara Slamet Suyanto salah seorang pengunjung asal Yogyakarta mengatakan sengaja datang melihat Kirab Ganti Langse Palenggahan Agung Srigati bersama sejumlah temannya.
‘’Tujuannya ingin melihat dan mengenalkan tradisi budaya kepada teman dan keluarga,’’ terangnya.
Suyono pengunjung asal Semarang mengatakan banyak pengunjung dari daerah lain yang sengaja datang ke Srigati untuk melakukan ritual kungkum (berendam) di Kali Tempur tepat pada saat tengah malam usai melihat Kirab Ganti Langse Pelanggahan Agung Srigati.
“Ritual kungkum di Kali Tempur Alas Srigati ini selalu saya lakukan setiap bulan Suro. Disini kami hanya berdoa mohon keberkahan dan kesehatan kepada Yang Maha Kuasa” tuturnya.
Menurutnya usai berendam dia biasanya melanjutkan pagelaran wayang kulit di malam harinya.
‘’Setelah nonton wayang kulit baru pulang atau mennginap disini kalau ngantuk,’’ terangnya
Diberitakan sebelumnya upacara ganti langse mampu menyedit ribuan pengunjung baik lokal maupun luar daerah. Selain melakukan kirab Langse atau kain mori baru penutup palenggahan Agung Srigat, upacara itu juga diisi dengan sedekah bumi dalam bentuk kirab gunungan yang diarak oleh ratusan pendekar silat.
Kegiatan seni budaya juga kental selain tari-tarian yang dilakukan oleh para gadis, juga aneka macam kuliner disajikan saat selamatan atau berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (*)