KETIK, BONDOWOSO – Jelang Pilpres 2024, setidaknya ada tiga nama politisi besar berlatar belakang NU yang masuk bursa calon wakil presiden. Baik untuk mendampingi Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, maupun Anies Baswedan.
Ke tiga nama tersebut adalah Khofifah Indar Parawansa, Yenny Wahid, dan Muhaimin Iskandar.
Bahkan dari tiga nama tersebut, salah satunya sudah mendeklarasikan diri sebagai pasangan Capres-Cawapres Pilpres 2024. Adalah Anies Baswedan yang menggandeng Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
Wakil Ketua Umum PBNU, Amin Said Husni, mengatakan, adanya tokoh NU sebagai kontestan di dalam Pilpres merupakan keterlibatan secara personal.
Sementara, PBNU sebagai jami'iyah yang sudah menyatakan kembali ke khittah, tidak ikut secara langsung di dalam kegiatan politik praktis.
"Itu merupakan keterlibatan secara personal," tegasnya ditemui usai mengikuti acara Pamit Sambut Bupati dan Wakil Bupati, dengan Pj Bupati, di Pendopo Ki Ronggo, Bondowoso, pada Rabu (27/9/2023) malam.
Namun begitu, mantan Bupati Bondowoso periode 2008-2018 itu mengatakan, PBNU saat ini concern untuk menjaga agar warga NU tetap menggunakan hak pilihnya secara bermartabat dan bertanggung jawab. Serta, membangun etika politik."Itu yang menjadi concern PBNU sekarang," jelasnya.
Ia pun menegaskan, adanya sejumlah tokoh NU yang menjadi kontestan di Pilpres sendiri tak akan memecah belah jami'iyah NU. Karena, ia meyakini warga NU sudah dewasa dan sudah biasa dengan perbedaan pendapat.
Bahkan, dalam berbagai kontestasi politik warga NU sudah terbiasa dengan perbedaan-perbedaan pendapat.
"Dan kita selalu bisa menjaga kerukunan untuk saling menghargai perbedaan pendapat," jelasnya.
Disinggung tentang representasi pemimpin yang baik, kata Amin, tentu saja pemimpin yang kriteria-kriterianya diajarkan oleh agama Islam.
Pertama, amanah. Yaitu orang yang mampu menjaga dan melaksanakan kepercayaan yang diberikan.
Kemudian yang ke dua, yaitu Fathonah. Artinya memiliki kapasitas, kecerdasan, dan kemampuan untuk melaksanakan kepemimpinan.
"Itu artinya juga memiliki visi. Karena orang yang cerdas, Fathonah, pasti memiliki visi kepemimpinan," urainya.
Selanjutnya, kata Amin, yakni memiliki kepedulian terhadap persoalan bangsanya. Dan punya gagasan-gagasan besar untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa.
"Kemudian berikutnya, mampu merawat keberagaman. Agar jangan sampai terjadi perpecahan karena adanya perbedaan. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dan itu harus dirawat sedemikian rupa. Agar tetap menjadi bangsa yang saling menghormati satu sama lain," pungkasnya. (*)