KETIK, SURABAYA – Keinginan kuat Salamun (64) bersama Istrinya Sukarti (64), warga Dusun Temulawak Desa Kebon Temu Kecamatan Peterongan Jombang naik haji membuat dirinya rutin menyisihkan uang Rp10 ribu hingga Rp50 ribu setiap hari.
Pria yang sehari-hari menjadi juru parkir di kawasan pertokoan seberang kampus Universitas Darul Ulum ini memendam keinginan kuat menjadi tamu Allah di tanah suci sejak 19 tahun lalu.
“Saking inginnya naik haji, suatu siang pada 2005, saya mengambil kotak celengan yang sudah saya pesan dari tukang kayu. Saya membulatkan niat untuk rutin menabung. Pada malam hari setelah shalat tahajud, saya masukkan uang 50 ribu ke celengan tersebut sambil saya niatkan saya harus pergi haji dan saya harus bisa rutin menabung,” cerita Salamun, Kamis (30/5/2024).
Dia mengaku tidak menargetkan jumlah uang yang akan dicelengi untuk naik haji. “Ya bisa sepuluh ribu, dua puluh ribu. Kadang kalau rezeki, ada orang tiba-tiba memberi uang 50 ribu, itu langsung saya tabung di celengan,” jelasnya.
Pada 2011, Salamun berkeinginan membongkar celengan kayunya. Ketika dibongkar, uang di dalam celengannya telah terkumpul Rp25 juta. Dengan hati gembira dan penuh syukur, Salamun mendaftar haji dengan uang itu.
Agar bisa menabung lagi untuk pelunasan, dirinya semakin bersemangat bekerja. "Selain menjadi juru parkir, saya juga menjual minuman kemasan di tempat biasa mangkal," jelasnya.
Pada tahun 2016, ketika Salamun bekerja sebagai juru parkir, ada orang yang mengingatkannya, kalau ia tidak segera mendaftarkan istrinya juga, maka mereka tidak akan bisa segera berangkat bersama.
“Dari awal memang saya hanya mampu mendaftar haji untuk saya sendiri. Saat itu saya masih ada tanggungan membayar biaya kuliah dua anak serta seorang anak yang masih SMA,” terangnya.
Salamun pun memecah lagi celengan yang ia punya sebagai modal sang istri untuk mendaftar haji.
“Waktu itu, Tabungan saya terkumpul 6 juta. Agar mencukupi untuk mendaftar haji, saya meminjam dana talangan haji di KBIH,” kenang Salamun.
Setelah menunggu selama 13 tahun, kini Salamun dan istri tercintanya Sukarti memperoleh panggilan Allah SWT menjadi tamu-Nya di tanah suci.
Salamun semakin bahagia karena dia bisa berangkat bersama istrinya lewat kuota penggabungan. Dia tak menyangka meskipun sehar-hari penghasilannya tak tentu, tetapi dia bisa memenuhi kewajiban menunaikan rukun Islam kelima.
“Semoga anak-anak, cucu-cucu, para saudara dan tetangga, serta semua orang yang pernah memberi saya uang, bisa dipanggil ke tanah suci semua,” harapnya. (*)