KETIK, JEMBER – Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam program Wirausaha Merdeka (WMK) besutan Universitas Jember menggelar produk Expo & Demoday Wirausaha Merdeka Tapal Kuda di salah satu pusat perbelanjaan pada Selasa (19/12/2023).
Kegiatan yang diselenggarakan Kemendikbud Ristek ini menjadi wadah bagi mahasiswa dalam pengembangan diri melalui aktivitas kewirausahaan di luar perkuliahan seiring dengan pesatnya pertumbuhan industri dan ekonomi kreatif pasca pandemi di Indonesia.
Ketua Program Wirausaha Merdeka Tapal Kuda 2023, Niken Widya Palupi, mengatakan Expo & Demoday ini merupakan kegiatan puncak dari WMK yang dilakukan sejak bulan September lalu. Serta diikuti oleh 314 mahasiswa yang tergabung di 32 kelompok dari 18 perguruan tinggi se-Tapal Kuda.
“Tahapan kegiatan dimulai dari kelas kewirausahaan, kemudian magang di UMKM untuk melihat langsung kewirausahaan itu seperti apa. Karena memang beberapa hal itu lebih mudah dilihat daripada didengar,” ungkapnya saat ditemui di lokasi Expo & Demoday.
Selama tahapan magang berlangsung, mereka dimentori oleh mitra UMKM ataupun dosen pembimbing lapang di kampus yang mengarahkan pembuatan prototype. “Prototype inilah yang mereka bawa di Expo ini,” ujar Niken.
Sedangkan prototype yang diciptakan harus murni produk inovasi dari masing-masing kelompok. Dari program ini prototype yang diciptakan paling banyak adalah inovasi produk makanan dan minuman, disusul sektor pertanian dan industri digital seperti jasa desain.
Bahkan beberapa dari mereka sudah berhasil menjual produk menggunakan strategi pemasaran digital melalui media sosial.
Menurutnya, kewirausahaan dinilai sangat tepat dengan iklim dunia kerja di Jember karena tidak banyak industri dan formasi Aparatur Sipil Negara yang semakin tahun semakin berkurang.
Harapannya program WMK ini akan berdampak terhadap pola pikir mahasiswa ketika mereka lulus nanti. “Jadi berwirausaha itu bukan karena mereka tidak mendapatkan pekerjaan, tapi memang memiliki niat dan mental berwirausaha,” tutur dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember itu.
Sementara, salah satu Kelompok menjajakan prototype-nya berupa pupuk organik. Jauh dari kata kotor, pupuk ini sangat praktis dan mudah digunakan. “Recycle (daur ulang) sampah organik yang diolah menjadi produk pupuk organik yang kita beri nama Opizer Pupuk Bantal,” ujar Ketua Kelompok Birrina Wintanani Nurul Aisah.
Ide itu muncul ketika dirinya magang di salah satu industri sektor pertanian yang juga membuat pupuk organik. Dengan sentuhan inovasi, bahwa pupuk bisa menjadi praktis dengan kemasan yang mudah terurai, mudah disimpan dan diaplikasikan.
Menurut mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Jember itu, program WMK berdampak terhadap kemampuan membangun bisnis. “WMK ini menambah pengalaman, terutama pada inovasi baru untuk membuat produk dan mendapatkan pendapatan,” ungkapnya.(*)