KETIK, PACITAN – Budidaya temulawak menjadi andalan bagi petani di Desa Karangrejo, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan. Tanaman herbal yang memiliki banyak khasiat ini, menjadi sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat setempat.
Salah satu petani RT 3 RW 06, Dusun Wonosari yang membudidayakan temulawak adalah Paiti. Perempuan berusia 58 tahun ini mengaku mulai membudidayakan temu lawak sejak puluhan tahun silam.
"Menanam temu lawak ini sudah turun temurun, dari orang tua saya sendiri yang mengajari. Dulu, tanaman ini hanya digunakan untuk bahan jamu tradisional," katanya saat ditemui di halaman rumahnya, Sabtu, (11/11/2023).
Namun kini, papar Paiti, Temulawak dicari lantaran terbukti memiliki berlimpah keampuhan, seperti mengobati batuk, pilek, menambah nafsu makan hingga gangguan pencernaan. Terlebih tanaman ini juga dipercaya dapat meningkatkan stamina serta daya tahan tubuh.
Ibu tiga anak itu mengatakan, harga temu lawak di pasaran cukup tinggi, yaitu sekitar Rp4 ribu sampai 5 ribu rupiah per kilogram. Dengan harga tersebut, ia bisa meraup keuntungan berkisar Rp400an ribu per bulan.
"Alhamdulillah, budidaya temulawak ini bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarga," imbuhnya.
Proses pengeringan temulawak di bawah terik matahari. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)
Selain dia, rupanya puluhan warga Desa Karangrejo lainnya juga membudidayakan temulawak. Hal ini menunjukkan bahwa potensi temu lawak sebagai komoditas ekonomi di wilayah tersebut juga cukup besar.
"Banyak kalau di sini, satu RT saja ada 17 keluarga yang menanam. Untuk satu desa hampir merata ada," jelasnya.
Tak salah, sebab tanaman tersebut memiliki beberapa keunggulan dibandingkan komoditas lainnya. Seperti budidaya yang relatif mudah, memiliki nilai jual yang stabil, hingga berpotensi untuk menjaja pangsa pasar yang lebih luas.
"Iya, kalau saat ini hanya temulawak yang gampang nanamnya. Tidak resiko di makan hama monyet," pungkasnya.
Belakangan, Pemerintah Republik Indonesia (RI) telah menobatkan temulawak sebagai tanaman obat unggulan Indonesia dalam menuju Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-59. Penobatan temulawak tersebut terinspirasi dari tanaman ginseng yang menjadi identitas Korea Selatan. (*)