KETIK, SURABAYA – Kuliah sambil bekerja bukanlah jadi hambatan untuk meraih prestasi membanggakan. Itulah pencapaian yang berhasil diraih oleh Bayu Pandu Purwadianto.
Pria asal Kediri ini berhasil menyabet gelar mahasiswa terbaik dari Universitas Terbuka Surabaya pada prosesi wisuda, Kamis (7/3/2024) dengan IPK 3,91 program studi S1 Ekonomi Pembangunan.
"Saya kuliah di sini juga sambil kerja jadi penerjemah. IPKnya dapat 3,91,” ungkap Bayu Pandu saat ditemui Ketik.co.id setelah prosesi wisuda di Gedung Dyandra Convention Center, Surabaya.
Prestasi ini tentu layak didapatkan mengingat saat kuliah di UT dirinya rajin dan konsisten melakukan registrasi sesegera mungkin dan membaca modul yang kampus berikan.
“Kalau kuliah daring seperti ini saya sesegera mungkin melakukan registrasi mata kuliah. Setelah registrasi nanti buku modulnya dikirim dari pusat ke rumah masing-masing. Pas buku datang, saya nyicil baca,” ujar pria 32 tahun itu.
Bayu Pandu (tiga dari kanan) bersama direktur UT Surabaya dan 3 mahasiswa berprestasi lainnya (Foto: Fatimah/Ketik.co.id)
Kuliah di UT, lanjut Bayu, menggunakan sistem online yang semua materinya sudah ada di modul. Baik materi untuk ujian atau materi lain semua lengkap ada di buku modul cetak yang disediakan kampus.
“Karena daring, dosen di UT itu ya modul itu. Jadi semua sudah lengkap materinya di modul itu,” ujarnya.
Ia menyebut tantangan kuliah di UT memang harus mandiri dan konsisten. Apapun yang dilakukan, mahasiswa dituntut untuk mandiri, mulai dari registrasi,cari informasi, mengecek jadwal, hingga mengikuti kelas online yang sudah disediakan.
“Kuliah daring kan harus mandiri ya. Pernah waktu itu kerjaan numpuk, ngerasa nanti saja belajarnya. Akhirnya pas ujian, sebulan sebelumnya saya sudah ngebut untuk mengerjakan materi-materi yang belum dipelajari,” ungkap wisudawan yang mengambil topik Kredit Usaha Rakyat pada karya ilmiahnya itu.
Meski begitu, ia mampu menyelesaikan kuliahnya dengan baik hingga mendapat prestasi membanggakan di tengah kesibukannya menjadi freelance penerjemah novel Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.
Ia memiliki tips untuk bisa mengatur waktu yang baik antara kuliah dengan bekerja, yakni menyusun jadwal menggunakan sistem planning.
“Biasanya orang kan bikin jadwal di smartphone, tapi saya bikinnya masih pakai planning di buku begitu. Jadi sampai tiga bulan ke depan sudah saya tanggalin biar nggak keteteran. Kalau di buku kan langsung keliatan, tapi di smartphone itu harus buka hp dulu” lanjutnya.
Kedepannya, ia berharap UT semakin menggiatkan promosinya. Pasalnya ia mengaku sangat terbantu untuk bisa berkuliah mengingat usianya yang sudah berkepala tiga.
“Saya sebagai mahasiswanya jujur sangat terbantu untuk bisa kuliah. Kan usia saya sudah 32 tahun ya, itungannya kalau kuliah di universitas negeri lain sudah tidak bisa. Tapi saya bisa kuliah dengan status negeri, akreditasi A untuk prodi saya, harga terjangkau untuk 8 semesternya saja saya cuma ngeluarin Rp8juta 400 ribu, fleksibel, dan dosennya berkualitas,” tuturnya.
Tak lupa, ia juga berpesan kepada teman-teman mahasiswa UT lainnya untuk segera melakukan registrasi mata kuliah agar proses belajarnya tidak terganggu.
“Biar cepat lulus dan nilainya bagus jangan lupa registrasi segera. Karena kalau kita segera registrasi, buku modulnya cepat datang dan bisa dipakai belajar jauh hari mempersiapkan ujian,” tutupnya. (*)