KETIK, KEDIRI – Ajang pemilihan duta wisata Inu Kirana Kabupaten Kediri kembali digelar. Sebanyak 182 peserta yang daftar, terpilih 10 pasang finalis Inu Kirana yang akan unjuk kebolehan di Grand Final pada 27 Juli 2024 mendatang.
Dari proses rekrutmen tersebut, masyarakat memberikan perhatian lebih terhadap sosok duta Inu Kirana yang nantinya akan menjadi maskot promosi untuk pariwisata di Kabupaten Kediri.
Pembicaraan semakin hangat ketika menyinggung soal tingkah laku sebagian peserta laki-laki yang dianggap berperilaku dan menampilkan kesan "melambai". Adapun gaya "melambai" yang dimaksud adalah ketika laki-laki berperilaku layaknya wanita. Dimana bahasa tubuh, gaya bicara, penggunaan istilah, dan sapaan yang kerap digunakan oleh pria kewanitaan.
Anggota DPRD Fraksi NasDem Kabupaten Kediri, Khusnul Arif berharap agar sosok Inu Kirana bisa membawa kemajuan pembangunan wisata di Kabupaten Kediri. Tak hanya paras yang ditampilkan, kecerdasan dan bakat yang dimiliki harus bisa dimiliki setiap peserta.
Soal fenomena "melambai" pada peserta Inu Kirana tahun 2024, dia tak mengetahui secara pasti, namun dia berharap agar hal tersebut tidak terjadi.
"Ketika bicara tidak hanya menampilkan keindahan fisik dan selayaknya paras, bentuk tubuh dan tindak tanduk juga harus sesuai," katanya saat dikonfirmasi, Senin (15/7/2024).
Pria yang akrab disapa Mas Pipin itu menyebut, meski secara garis besar Inu Kirana di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Kediri, mereka juga bisa bersinergi dengan organisasi perangkat daerah (OPD) lain di lingkup Kabupaten Kediri.
"Seperti mempromosikan lomba ikan cupang yang berkolaborasi dengan Dinas Perikanan. Serta memanfaatkan teknologi digital yang saat ini semakin masif," tegas Calon legislatif (Caleg) DPRD Provinsi Jawa Timur terpilih dari Partai Nasdem Dapil Kediri ini.
Secara terpisah, Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Disparbud Kabupaten Kediri, Puspita Dwi Andamsari menegaskan jika proses seleksi Inu Kirana sangat ketat dan selektif. Ada beberapa syarat yang harus dilewati oleh setiap peserta dengan penjurian dari Disparbud, Paguyuban dan Dinas kesehatan.
"Setidaknya ada 4 poin yakni harus dilewati yakni proposional, seimbang baik tinggi dan berat badan, kemampuan Bahasa Inggris, ada juga wawasan kepariwisataan dan kebudayaan, serta punya bakat atau tallent," terangnya.
Dari proses seleksi tersebut didapatkan 10 finalis terbaik. Selain itu, pihak panitia juga menyiapkan 5 orang sebagai finalis cadangan untuk menyiapkan jika finalis utama berhalangan.
"Seperti kasus 2022 ada finalis yang harus kuliah ke luar kota, jadi kita ada cadangannya," tuturnya.
Disinggung soal fenomena peserta "melambai" pada ajang Inu Kirana Kabupaten Kediri 2024 ini, Dwi mengungkapkan jika hal tersebut dikembalikan kepada persepsi masing-masing orang. Memang pada tahun ini ada penekanan pada peserta muda sekitar usia 16-22 tahun. Sebab masa pengabdian Inu Kirana adalah 2 tahun.
"Itu kan tergantung dari persepsi orang, karena ada juga seperti bakat dari kecil ikut modeling, atau menari dia lentur sekali apakah itu kita langsung _judges_ sebagai lemah gemulai? Jadi jangan hanya gesturnya saja," ucapnya.
Saat ini, dia akan fokus kepada tahap selanjutnya terhadap 10 finalis yang terpilih. Seperti persiapan roadshow keliling ke berbagai lokasi wisata Kabupaten Kediri yang nantinya akan diangkat dan dipromosikan.
"Ketika mereka tidak bisa karena kuliah dan keluar kota, untuk mendapatkan mereka itu sulit," tegasnya. (*)