KETIK, MALANG – Kampung Sanan yang berlokasi di Kecamatan Blimbing telah dikenal sebagai sentra pengrajin keripik tempe di Kota Malang. Terdapat sekitar 500 pengrajin yang ada di Sanan sehingga menyebabkan persaingan semakin ketat.
Hamzah selaku karyawan pabrik Keripik Tempe "Amanah" menjelaskan banyaknya tantangan dirasakan oleh para pengrajin tempe di Sanan karena jumlah pesaing yang meningkat.
"Pemasarannya agak sulit, banyak pesaing. Kadang juga susah kalau kedelainya mahal. Penjualannya ini di Kota Batu dan ke Kalimantan," ujarnya saat ditemui, Jumat (14/6/2024).
Hamzah telah bekerja selama lima tahun di pabrik rumahan yang sudah lama berdiri itu. Ia bersama delapan pegawai lainnya bisa memproduksi hingga 1 ton kedelai.
"Kalau tempenya bisa sampai 50 lonjor itu ditangani tiga orang. Di sini proses pembuatannya mulai dari perebusan kedelai sebanyak dua kali, kemudian dibentuk lonjoran perlu waktu dua hari. Setelah itu dipotong tipis, digoreng dua kali agar tidak cepat ayem (tidak renyah)," jelasnya.
Sementara Imam selaku pemilik usaha Keripik Tempe "Amanah" menjelaskan, untuk pemasaran biasanya produknya dipasarkan melalui Toko Pusat Oleh-oleh Khas Malang, Lancar Jaya.
Namun, tidak semua produk dari pengrajin tempe di Kampung Sanan dapat dipasarkan di sana.
"Kalau di Jogja, seperti produksi bakpia, itu kan semua produknya diambil. Sedangkan kami selama ini pemasarannya agak repot. Maunya ya dibantu memasarkan," ucapnya.
Imam juga harus lihai menyikapi harga kedelai yang mengalami naik turun. Ketika harga kedelai naik, ia terpaksa harus menaikkan harga keripik tempenya.
"Paling tinggi itu harga kedelai di Rp 15.000 per kilogram, biasanya cuma Rp 10.000 an. Kalau sekarang sudah di Rp 10.500 harga kedelainya," katanya.
Keripik tempe buatannya itu biasa dihargai Rp 7.500 tiap packnya. Beruntungnya, penjualan keripik tempenya cukup stabil dan telah memiliki pelanggan tetap.
"Kalau penjualannya sekarang ini ya, alhamdulillah stabil. Di sini ramai kalau pas Hari Raya, sudah ada pelanggan tetap juga," tutupnya.(*)