KETIK, MALANG – Hasil panen cabai di Kota Malang masih cenderung fluktuatif selama masa panen dalam satu tahun. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispangtan) Kota Malang, Slamet Husnan.
Ia menjelaskan di Kecamatan Kedungkandang terdapat 40 hektar area yang ditanami cabai. Dalam satu tahunnya panen dapat terjadi hingga 10-12 kali dengan hasil yang cukup bervariatif.
"Setiap masa tanam itu panen cabai bisa sampai 10-12 kali. Panen pertama biasanya kg nya tidak terlalu banyak, kemudian meningkat, meningkat, sampai puncaknya itu panen ke enam. Lalu pada panen ketujuh menurun lagi," ujar Slamet, Jumat (22/3/2024).
Kendati demikian memasuki musim hujan kali ini terdapat hasil cukup bagus bagi panen di Kota Malang, khususnya Kedungkandang. Namun kondisi tersebut membuat petani harus berhati-hati.
Hal itu disebabkan musim hujan mampu menyebabkan tunas daun keriting dan memberikan risiko terhadap tanaman cabai.
"Musim hujan ini cukup bagus di wilayah Kedungkandang namun ada beberapa tanaman yang mengalami kriting pucuk tunas daunnya. Apalagi saat hujan malam, ini yang lebih berisiko untuk tanaman cabai," lanjutnya.
Selain di Kedungkandang, Merjosari juga menjadi salah satu daerah penghasil cabai di Kota Malang. Pada panen lalu, Merjosari mampu menghasilkan hingga 4.000 ton cabai yang dilakukan secara bertahap.
"Kemarin di Merjosari itu sampai 4.000 ton, total dari panen pertama, kedua, dan ketiga," lanjutnya.
Jumlah tersebut masih belum dapat mencukupi kebutuhan cabai bagi masyarakat Kota Malang. Namun menurut Slamet hal tersebut masih wajar sebab Kota Malang bukanlah daerah penghasil cabai.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Kota Malang menjalin kerjasama dengan daerah-daerah penghasil cabai. Kerjasama tersebut salah satunya melalui mekanisme pasar yang berjalan.
"Iya belum mencukupi, karena panennya kan bertahap, sementara kebutuhan tiap hari terus ada. Kota Malang bukan daerah produsen sehingga belum mencukupi sehingga perlu ada support dukungan dari daerah lain. Bisa melalui kerjasama antar daerah, bisa langsung mekanisme pasar yang berjalan," tutup Slamet.(*)