KETIK, MALANG – Pemkot Malang memiki cara tersendiri dalam rangka memperingati hari jadinya. Yakni melakukan napak tilas ke beberapa lokasi bersejarah di perayaan HUT ke-110 Kota Malang, Senin, (1/4/2024).
Perjalanan dimulai dari Makam Ki Ageng Gribik, Stasiun Kereta Api, Gedung Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Gedung Bank Indonesia (BI) hingga berakhir di Gedung Kesenian Gajayana.
Lokasi tersebut memiliki ceritanya masing-masing, seperti Gedung KNPI yang merupakan bekas bozem yang dibangun pada masa Belanda, dan juga Gedung BI yang pernah terjadi pengeboman oleh tentara Belanda bersamaan dengan Balai Kota Malang.
"Gedung-gedung itu dipertahankan terkait dengan sejarahnya. Dari situ kita mulai tahu terkait 1 April 1914 ada beberapa kejadian baik di BI maupun Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara (KPPN) Malang. Di situ ada kantor residen yang bersamaan dilantik oleh Belanda dengan Wali Kota," ujar Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, pada Senin (1/4/2024).
Dalam sambangannya ke Gedung Kesenian Gajayana, kembali mencuat rencana untuk revitalisasi bangunan yang ada di Jalan Nusakambangan itu. Awalnya Gedung Kesenian Gajayana memiliki nama Gedung Cendrawasih.
"Banyak sejarahnya, maka untuk mengingat akan kita gunakan sebagai tempat resepsi hai jadi Kota Malang di sini. Kan yang diundang orang-orang lama, agar mereka mengingat sehingga menjadi bagian untuk melestarikan peninggalan dan tetap terjaga," tuturnya.
Gedung tersebut akan dikembalikan fungsinya sebagai bangunan milik warga Kota Malang. Banyak hal yang perlu diperbaiki mulai dari fasilitas, hingga tampilan agar terlihat lebih bagus.
"Akan kita sesuaikan supaya tampilan lebih bagus, cat kita perbaiki, kemudian kacanya juga akan kita bersihkan. Kalau kursi tetap seperti ini karena ini peninggalan.Nah ini anggaran sudah berjalan, nanti akan kita sampaikan pada DPRD untuk bisa memberikan anggaran merehabilitasi," lanjut Wahyu.
Sebelumnya Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang, Suwarjana mengungkapkan anggaran perbaikan gedung akan diajukan pada PAK mendatang. Menurutnya hampir 40 persen bangunan di gedung tersebut memerlukan rehabilitasi.
“Kalau kemarin perhitungan untuk perbaikan fisik sudah sekitar satu miliar, belum lagi untuk penambahan sound sistem dan lighting yang paten untuk representatif pertunjukan sekitar Rp 300 juta, juga untuk kursi akan kita ganti bursaknya saja, karena barangnya termasuk antik,” sebut Suwarjana. (*)