KETIK, PACITAN – Masa tanam padi periode pertama di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur dipastikan mundur akibat kemarau panjang.
Kondisi ini dialami sebagian besar petani di wilayah Kecamatan Kebonagung, Tulakan, Nawangan, Bandar dan sekitarnya.
"Sudah ada hujan tapi baru sekali dua kali. Belum sampai basah sudah kering lagi," keluh petani asal Desa Banjarjo, Kecamatan Kebonagung, Rohmad (60), Rabu (22/11/2023).
Lahan yang mulai ditraktor petani di musim kedua tahun 2023 lalu. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)
"Bulan Oktober, biasanya menjadi waktu menanam benih. Kemudian di bulan Desember sudah menanam, namun kini terpaksa ditunda," sambungnya.
Petani dengan lahan minim air akan merasakan dampak kekeringan yang lebih pahit. Meskipun memiliki lahan luas, jika hujan belum turun, petani tak ingin ambil resiko.
"Jadinya, petani akan menganggur lebih lama lagi. Karena kering, ada yang gor (kosong) tidak ditanami apa-apa," ujarnya.
Namun, bagi lahan yang dekat dengan sumber mata air kemungkinan masih bisa bertahan. Pasalnya, cabai masih bisa ditanam di lahan tersebut, sehingga petani masih bisa mendapatkan penghasilan tambahan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten (DKPP) Pacitan, Sugeng Santoso, membenarkan adanya kemunduran masa tanam padi petani di Pacitan.
"Karena cuaca ekstrem saat ini, terjadi pergeseran atau anomali cuaca sehingga musim hujan (mundur) dari biasanya," ungkapnya.
Kepala DKPP Pacitan, Sugeng Santoso. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)
Mundurnya musim tanam periode pertama tidak akan berdampak terhadap hasil produksi pada periode tersebut. Namun, mundurnya musim tanam periode pertama akan berdampak terhadap musim tanam kedua tahun depan.
"Tapi jika musim kemarau tahun depan datang lebih cepat, maka akan terdampak terhadap tanaman padi yang ditanam di musim kedua," jelas Sugeng.
Terlebih, tanaman padi yang berusia 40-45 hari masih sangat membutuhkan air untuk pengisian buah padi. "Jika kemarau terulang kembali, potensi gagal panennya besar. Semoga musim kemarau tahun depan tidak serupa," pintanya.
Lebih lanjut, untuk menghindari kerugian lebih lanjut. DKPP Pacitan mengimbau bagi para petani untuk bercocok tanam selepas musim hujan tiba.
"Tidak lagi semata-mata berdasarkan perhitungan mongso (musim) yang masih menjadi pedoman sebagian masyarakat," pungkasnya. (*)