KETIK, MOJOKERTO – Sejumlah petani Padi Japonica di Desa Kedungudi Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto memasuki masa panen perdana. Panen ini merupakan hasil kemitraan dengan PT Amerta Tani Maju (ATM) yang berkantor pusat di Surabaya sejak empat bulan lalu.
Hadir dalam panen perdana padi varietas Japonica ini, Direktur Utama PT ATM Thiono bersama jajaran internal perusahaan.
Menurut Thiono, hasil panen kali ini tak jauh beda dengan panen di beberapa wilayah kemitraan lain. Padi Japonica berbulir bulat oval dengan batang kuat dan lentur sehingga rata-rata per malai tanaman mampu menghasilkan 200- 300 butir gabah. Bulir Padi Japonica juga terlihat lebih padat dengan berat jenis tinggi.
"Hasilnya sangat bagus dan petani di sekitar sini sangat ingin bergabung. Terlihat dari hasil panen Padi Japonica ini lebih berbobot," kata Thiono, Sabtu (15/10/2022).
Ia menambahkan, dalam empat bulan terakhir PT ATM mulai menggandeng petani maupun kelompok tani di sekitar Kawasan Trawas lewat penandatanganan kerja sama bermaterai. Upaya ini juga mendapat dukungan dari lurah setempat.
Para petani menyambut baik kemitraan tersebut. Karena mereka tidak perlu membeli benih di awal tanam. Jika dihitung, satu hektare lahan membutuhkan sekitar 40 kilogram benih. PT ATM menalangi benih dahulu dan akan dipotong saat panen.
"Nah benihnya ini ditalangi oleh perusahaan dan dibayar saat panen," ucapnya.
PT ATM selaku pengelola kemudian melakukan pendampingan secara rutin guna memantau perkembangan pertumbuhan padi selama masa tanam.
Petani merawat mengolah dengan pupuk mandiri. Selama masa tanam tersebut, petani tinggal mengolah lahan dan melakukan proses perawatan.
Thiono mengatakan, sistem kerja sama ini sangat menguntungkan bagi petani karena gabah kering sawah (GKS) dibeli oleh PT ATM dengan harga di atas harga pada umumnya dan tidak tergantung dari musim tanam.
Saat panen dilakukan petani disaksikan oleh PT ATM dan hasil panen gabah kering sawah akan dibeli semua tanpa terkecuali dengan harga Rp5.000,- per kilogram.
Potensi hasil panen 10 ton per hektare tergantung unsur hara tanah, pupuk dan kehandalan masing-masing petani .
"Apabila per hektar hasil panen GKS 10 ton sangat menguntungkan bagi petani " kata Thiono.
Thiono menyebutkan, prospek Padi Japonica sangat menjanjikan. PT ATM sendiri menargetkan pasar dalam negeri sebagai upaya mendukung ketahanan pangan nasional. Antara lain untuk market Jawa dan Bali.
"Pemasaran beras Japonica ini untuk lokal. Tujuannya, Beras Japonica yang pulen dan sehat ini bisa dinikmati masyarakat dengan harga terjangkau," tandasnya.
Saat ini PT ATM telah memiliki kemitraan hampir di seluruh Wilayah Jatim, sejumlah kabupaten di Jawa Tengah dan Boyolali, Klaten. Lalu juga ada di Cikarang Jawa Barat.
"Kalau di Jawa Timur merata di setiap kabupaten ada," jelas Thiono menambahkan.
Dari seluruh area kemitraan tersebut, panen di Trawas merupakan panen perdana sebelum memasuki masa tanam 1 (MT1) di bulan Oktober-Nopember.
Pada Juli lalu, PT ATM juga melakukan panen perdana bersama Danrem 081 di Trenggalek dan panen berikutnya akan berlanjut di Kabupaten Ngawi dalam waktu dekat.
Lebih lanjut, kata Thiono, kerja sama atau kemitraan PT ATM dengan petani dalam penanaman padi Japonica ini memiliki misi besar yaitu meningkatkan kesejahteraan petani.
Selama ini, pada umumnya petani melakukan kerja sama secara lisan saja, sehingga berlaku sepihak karena tidak mempunyai kekuatan hukum.
“Kontrak kerja sama (MOU) antara PT ATM dengan mitra petani dibuat untuk masing-masing petani hitam di atas putih di tanda tangani masing-masing pihak di atas materai, yang mempunyai kekuatan hukum yang sama," ungkapnya.
Thiono mengatakan, sistem kemitraan ini merupakan langkah agar petani mendapatkan kepastian harga jual hasil panen gabah kering sawah.
Varietas Unggul
Njoto Adi Susanto selaku direksi menjelaskan, Padi Japonica merupakan varietas unggul. Pertumbuhan batangnya lebih tinggi, rata-rata memiliki ketinggian 110-120 cm, lebih tahan terhadap penyakit blas dan tungro dan tahan rebah.
"Nasi dari Padi Japonica lebih pulen dengan kadar glikemik atau amilosa rendah, sehingga baik untuk orang diet atau pengidap diabetes," ujarnya.
Perawatan padi ini hampir sama dengan padi pada umumnya. Namun, memang memiliki masa tanam lebih lama sekitar 110-115 hari. Padi ini juga membutuhkan banyak air yang bisa masuk dan keluar pematang (irigasi baik).
PT ATM akan melakukan tes pH dan unsur hara sebelum pengolahan lahan guna memastikan padi tumbuh sehat agar hasilnya meningkat.
"PT ATM secara rutin mendampingi petani agar mendapatkan hasil yg optimal," ucap Njoto.
Hal ini sesuai misi dan visi utama PT ATM yaitu meningkatkan kesejahteraan petani yang berdampak memotivasi petani-petani milenial untuk mau meneruskan pekerjaan bertani dari orang tuanya.
Pada kesempatan yang sama, Lasemi, petani setempat-mengaku senang karena Padi Japonica di lahannya tumbuh subur dan gemuk. Ia juga akan mengajak beberapa petani di wilayah tersebut untuk mencoba beralih menanam Padi Japonica melalui kemitraan bersama PT Amerta Tani Maju (ATM).(*)