KETIK, SURABAYA – Dalam demokrasi, keberagaman adalah hal yang penting, baik itu keberagaman politisi, ideologi, partai, dan identitas. Termasuk juga adanya oposisi, keberadaannya sangat penting untuk menjaga keseimbangan dalam sistem demokrasi.
Seperti yang kita tahu Presiden Terpilih Prabowo Subianto pernah berkata jika oposisi merupakan budaya barat. Oleh sebab itu dirinya ingin menghilangkan oposisi dengan mengajak seluruh padtai bergabung di dalam kabinetnya.
"Oposisi sangat penting untuk checks and balances. Upaya penyeragaman politik total ini mengancam masa depan demokrasi Indonesia,” ujar Pakar politik Universitas Airlangga (Unair) Irfa’i Afham SIP MSi, Jumat 30 Agustus 2024.
Lebih lanjut, dengan adanya berbagai keberagaman dalam demokrasi maka akan muncul kritikan. Hal ini sangat penting untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Tanpa kritik, pemegang kekuasaan akan berbuat sesuka hati.
Apalagi Indonesia pernah punya sejarah kelam dimana kritikan pernah dikekang oleh pemangku jabatan pada masa silam. Oleh sebab pada saat itu pemerintah berbuat hal-hal dengan sesuka hati.
"Kritik terhadap kekuasaan juga dianggap sebagai ancaman terhadap negara. Padahal justru kritik itu begitu diperlukan untuk mengoreksi bagaimana penguasa menjalankan kekuasaannya,” tambahnya.
Menurut dosen ilmu politik itu, demokrasi di Indonesia dapat berjalan sebab adanya keberagaman politik, bukan penyeragaman total politik tanpa oposisi.
Pada masa silam pembentukan dan perjuangan bangsa Indonesia sudah diwarnai oleh keberagaman. Apalagi saat sudah meraih kemerdekaan, konstitusi negara dibuat untuk merangkul semua perbedaan yang ada di bumi pertiwi mulai dari suku, ras, bahasa, agama dan masih banyak lagi.
Dinamika tersebut membuat proses politik menjadi bermakna sehingga dapat membentuk Republik Indonesia yang demokratis. Meski saat ini oposisi politik di Indonesia masih lemah karena bersifat sementara.
“Meski demikian budaya oposisi pasca reformasi masih lemah karena oposisi seringkali hanya temporer, tidak permanen," tambahnya.
Irfa’i menegaskan bahwa Indonesia memerlukan oposisi politik yang berjangka panjang, yang dapat beradu gagasan, kritik, dan ideologi melalui proses demokratis. Dengan begitu akan menghasilkan politik demokratis yang sehat dan mampu pengoreksi jalannya pemerintahan.
“Oposisi-oposisi yang humanis, yang memiliki gagasan kebangsaan kuat dan mempertimbangkan pentingnya masyarakat sipil dalam merawat kehidupan politik sangat diperlukan," pungkasnya.(*)