KETIK, JOMBANG – Berdiri sejak 3 Agustus 1899, Pesantren Tebuireng, yang terletak di Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang merupakan salah satu pesantren paling bersejarah di Indonesia.
Pesantren ini didirikan KH. M. Hasyim Asy'ari yang juga pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Jika dihitung dari tahun pendirian, Tebuireng kini berusia 123 tahun.
Sejarah begitu panjang itu membuat pesantren ini memiliki magnet yang luar biasa. Sedikitnya ada tiga tempat istimewa di Pesantren yang lokasinya berada delapan kilometer ke selatan dari pusat Kota Jombang itu.
Tiga tempat itu adalah masjid, ndalem kesepuhan dan makam keluarga besar KH. M. Hasyim Asy’ari.
Bagian depan masjid utama Tebuireng. (Foto: Rifat/Ketik.co.id)
Di Pesantren Tebuireng sebenarnya ada dua masjid. Satu di pondok putra dan satu lagi di area pondok putri.
Tapi masjid yang penuh sejarah itu adalah masjid di pondok putra. Ini adalah masjid utama peninggalan Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari dan masih digunakan para santri sampai saat ini.
Masjid inti ini berada di tengah Pesantren Tebuireng. Kini bangunan itu memang sudah diperluas dengan arsitektur modern pada kepemimpinan pengasuh KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Namun, bangunan utama masjid peninggalan Hadratussyaikh dibiarkan utuh, tak diubah sedikit pun.
Gus Sholah hanya membangun serambi masjid. Alhasil, serambi masjid lebih luas dari bangunan utamanya.
Para santri mengaji kitab kuning di masjid Tebuireng. (Foto: Rifat/Ketik.co.id)
Di bangunan utama ini, bagian pengimaman atau mihrab, tembok, lantai, jendela dan pintu sengaja dipertahankan klasik sejak saat Mbah Hasyim hidup.
"Masjid bagian utama ini semua masih asli peninggalan Mbah Hasyim. Cuma mimbar aja yang udah diganti," ucap Rifki Hawari, pengurus Pesantren Tebuireng saat menemani Ketik.co.id berkeliling pesantren Jumat (31/3/2023).
Tampilan ini membuat bangunan utama masjid ini bernilai cagar budaya tinggi. Bagi santri Tebuireng, masjid utama juga menjadi tempat favorit untuk berdoa dan salat sunnah. Banyak yang merasa aura kunonya menambah khusyu’ ketika beribadah di tempat ini.
Lambang Pesantren Tebuireng. (Foto: Rifat/Ketik.co.id)
Karena itu, setiap melaksanakan salat para santri berebut untuk berada di bangunan utama ini. Ada juga yang berkeyakinan jika berdoa di ruang utama masjid ini lebih cepat terkabul.
Selama bulan Ramadan seperti saat ini, masjid utama ini menjadi pusat kegiatan santri dalam mengkaji kitab-kitab kuning seharian penuh.
"Selama puasa seperti saat ini kegiatan santri selain belajar di sekolah memang full mengaji kitab hadist sohih Muslim," ucap Slamet Habib kepala pondok putra Pesantren Tebuireng.(*)