KETIK, JOMBANG – Kamis siang kemarin (23/11/2023) kota santri Jombang sedang panas-panasnya. Tapi pengunjung RSUD Kabupaten Jombang terus mengalir berdatangan. Mayoritas menggunakan motor.
Ainul Fuat yang saat itu bertugas sebagai penata di area parkir motor menyambut setiap kendaraan yang hadir dengan peluitnya. Panas matahari yang menusuk ubun-ubun tidak dia hiraukan.
"Priit... Priit... terus-terus, masuk ke dalam. Jangan parkir di jalan," teriaknya kepada para pengendara yang baru masuk area parkir.
Di tengah panas yang menyengat itu, berbekal topi dan sarung tangan putih yang dipakai hanya sebelah, pria 45 tahun itu bertugas merapikan motor-motor yang tidak sedikit diparkir sembarangan oleh pengunjung. Pekerjaannya makin berat ketika ada motor yang dikunci setir.
Tidak jarang juga dia menemukan kunci motor yang tak sengaja tertinggal. "Namanya orang ke rumah sakit, macam-macam suasana hatinya. Banyak yang terburu-buru. Berobat, sedih, menjenguk keluarga, berduka. Jadi ya ndak bisa menyalahkan. Beda sama pengunjung parkir mall," ucap Fuat kepada media online nasional Ketik.co.id sambil merapikan motor siang itu.
Hari itu pria kelahiran desa Pandanwangi, Diwek, Jombang tersebut kebagian shift pagi. Jadwal kerjanya dari pukul 06.00 hingga 14.00 wib. Saat jam kerjanya habis, Fuat tak langsung pulang ke rumah. Dia menuju ke sebuah perumahan di timur RSUD Jombang untuk memunguti sampah warga perumahan tersebut.
Di sana, dia bertugas mengambil sampah di setiap rumah yang sengaja sudah ditaruh para penghuni di pagar. Fuat lantas mengantarnya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). "Lumayan bayarannya buat tambah-tambah kebutuhan," ucapnya.
"Pulang ke rumah saya baru malam hari. Makanya harus bawa senter buat di jalan," ceritanya lagi sambil memperlihatkan lampu kecil yang dia simpan di tas punggung miliknya.
Fuat membawa senter karena selama ini beraktivitas dengan menaiki sepeda ontel. Padahal, rumahnya cukup jauh dengan rumah sakit terbesar di Kota Santri itu.
Jaraknya sekitar empat kilometer atau 40 menit dengan mengayuh sepeda ke arah selatan dari RSUD Jombang. Tapi yang membuat salut, Fuat selama ini dikenal sebagai karyawan yang tepat waktu. Sangat jarang terlambat.
Ainul Fuat mencari nafkah sebagai Jukir di RSUD Jombang pada siang hari. (Foto: Rifat/Ketik.co.id)
Setiap hari rutinitas Fuat selain menata parkir dan memunguti sampah adalah memilah-milah sampah plastik untuk dijual lagi ke pengepul. Setelah semua selesai, tiap malam dia membawa pulang plastik-plastik itu ke rumah sebelum disetorkan kepada penadah keesokan harinya.
"Alhamdulillah, kerja seperti ini ditekuni bisa mengantar anak saya kuliah. Putri saya satu tahun lagi lulus sarjana Tata Kota ITS Surabaya," cerita Fuat. "Dia dulu masuknya pakai KIP (Kartu Indonesia Pintar)," tambahnya.
Kebanggaan kepada sang anak itu juga yang menjadi bahan bakar kekuatan Fuat menjalani hari-harinya selama ini. Kebanggaan yang memang tak terucap, tapi terpancar jelas dari matanya setiap bercerita tentang anak sulungnya itu kepada rekan-rekan sejawat di sela-sela sibuk bekerja.
"Awalnya saya juga ndak percaya anaknya Fuat kuliah di ITS. La wong bapak e model e koyok ngono (bentuknya seperti itu)," ucap Anam rekan kerja Fuat di parkiran RSUD.
Keinginan Fuat sampai saat ini tetap sederhana. Dia berharap anak pertamanya yang segera lulus dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri terbaik di Indonesia tersebut bisa membuat hidup keluarga kecilnya lebih baik. Tidak lebih.
"Katanya kalau mau wisuda itu butuh uang banyak ya. Makane saya harus cari tambahan dari sana-sini lebih giat lagi. Setahun lagi e anakku wisuda," ucapnya, bangga, sambil tersenyum lebar dengan berpeluh keringat kepada Ketik.co.id siang itu.(*)