KETIK, PACITAN – Keris Brojol, selain dipercayai lancarkan segala urusan. Ternyata, benda pusaka ini punya keunikan tersendiri.
Yakni, mampu mengingatkan fitrah menjadi manusia yang sejati.
"Keris ini punya kegunaan untuk mengingatkan manusia akan sucinya hati laiknya bayi yang baru lahir" kata pelestari benda pusaka asal Desa Tambakrejo, Kecamatan Pacitan, Tri Anjar Waluyo, sambil menghunus Keris Brojol di tangannya, Sabtu (27/7/2024).
Mula-mula, Anjar menyebut, Keris Brojol atau Mbrojol memang punya sejarah erat, yang kaitannya sebagai jimat pelancar proses kelahiran. Namun, itu bukan makna sesungguhnya.
"Ini secara filosofisnya. Biar saya terangkan dulu," paparnya kepada Ketik.co.id.
Seperti halnya bayi baru lahir, manusia sejatinya merupakan makhluk yang suci. Yakni, fitrah untuk senantiasa berbuat baik dan menjauhkan diri dari segala perilaku kejahatan.
Pun keris ini sebagai perlambangnya.
"Digambarkan melalui bentuknya yang sangat sederhana, dhapur-nya lurus, bentuknya simple, ber-gandhik polos dan hanya terdapat pejetan tanpa ricikan lain," begitu kata Anjar menurut filosofinya.
Selain berkaitan dengan fitrah manusia, filosofi keris brojol juga berkaitan dengan kuasa dan takdir yang ditetapkan Tuhan.
Potret Keris Brojol (paling kiri) dan sederet pusaka lain milik Anjar. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)
Ini tergambar pada ricikan keris brojol yang cenderung sederhana, pejetan menunjukkan hati yang lapang terhadap semua hal yang sudah diperoleh, meski dalam keadaan yang tak menyenangkan hati sekalipun.
"Gandhik-nya yang polos ini menunjukkan ketabahan dalam menjalani kehidupan," bebernya.
Manusia boleh mempunyai keyakinan pada kuasa Tuhan, akan tetapi manusia tetap harus berikhtiar dan berusaha.
"Tapi usahanya secara wajar dan tidak boleh ngoyo, apalagi sampai melanggar norma dan ajaran agama," tambahnya.
Keris Brojol yang kini berada di tangan Tri Anjar Waluyo masih terjaga keasliannya. Pada momentum tertentu, dengan telaten ia rawat agar tetap awet.
Keris Brojol yang masih tersimpan di Pacitan bukan hanya warisan bersejarah, tapi juga memberikan wawasan tentang kearifan lokal maupun tradisi dan perlu dilestarikan untuk generasi mendatang.
"Di Pacitan, ini bisa menjadi peluang untuk meningkatan perekonomian. Semua bahan ada dan melimpah, tapi yang sulit adalah mencari pemahaman pusaka sesuai pakem," tandasnya. (*)