KETIK, BANDUNG – Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat, Fazar Supriadi Sentosa mengungkapkan upaya percepatan penurunan stunting hingga tahun 2024 belum menunjukkan kabar menggembirakan. Termasuk bagi Jawa Barat yang tahun ini angka prevalensi stuntingnya naik 1,5 persen.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia Tahun 2024, angka prevalensi stunting usia 0-59 tahun di Jawa Barat menyentuh angka 23,2 persen. Angka itu masih di atas rata-rata prevalensi stunting di Indonesia (21,5 persen).
Angka itu juga menunjukkan prevalensi stunting Jabar naik 1,5 persen dibandingkan tahun 2023 yang menyentuh 21,7 persen.
"Tetapi kita jangan berkecil hari, terus bekerja. Karena penurunan stunting secara nasional juga baru 0,01 persen turunnya tahun ini. Kemudian nanti pada bulan Juni kita akan melakukan pengukuran penimbangan bagi baduta dan balita serempak se-Indonesia, sehingga pelaporan penimbangannya bisa mencapai 100%," kata Fazar saat Pembukaan Rakerda Program Bangga Kencana Tingkat Kabupaten Bandung, di Grand Pasundan Bandung, Senin (27/5/2024).
Salah satu faktor penyebab naiknya angka prevalensi stunting tersebut, kata Fazar, adalah cakupan pencatatan dan pelaporan penimbangan balita yang masih rendah.
"Jadi, mestinya minimal dalam pelaporan itu mencapai 97% dalam penimbangan balita," ujarnya.
Karena itu Fazar berharap dari hasil Rakerda Bangga Kencana tingkat Kabupaten Bandung ini akan didapat evaluasi pencapaian Program Bangga Kencana tahun 2023 untuk diperbaiki di tahun 2024.
"Kita sama-sama evaluasi apa saja kendala-kendala masalahnya, baik itu mengenai stunting, kependudukan, KB, maupun Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK)," kata Fazar.(*)