KETIK, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan tengah menyoroti tingginya angka kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia. Tercatat hingga minggu ke-14 di bulan April 2024, DBD telah mencapai 60.296 kasus, dengan kematian 455 kasus.
Jika dibandingkan dengan data tahun lalu, tepatnya minggu ke-17 tahun 2023 terjadi kenaikan hingga 2 kali lipat. Sebelumnya hanya 28.579 kasus dengan kematian sebanyak 209 kasus.
Dilansir dari Suara.com jaringan media nasional Ketik.co.id, dr. Ida Safitri Laksanawati, SpA(K), Dokter Spesialis Anak dari Universitas Gajah Mada (UGM), mengatakan DBD adalah penyakit menular yang berasal dari serangga. Dalam dunia medis, penyakit ini dikenal sebagai penyakit arbovirus.
Penyakit ini dapat dicegah dengan penerapan pola hidup bersih dan juga pemberian vaksin Dengue yang sudah tersedia di Indonesia sejak tahun 2016.
"Vaksin DBD telah melalui proses penelitian dan pengembangan yang sedemikian rupa, serta telah mendapatkan evaluasi dari otoritas kesehatan terkait," jelasnya dalam International Arbovirus Summit 2024, yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 22-23 April 2024.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Ir. Budi Gunadi Sadikin, menyampaikan pentingnya kolaborasi internasional dalam meningkatkan kesiapan, pencegahan, dan penanganan arbovirus.
Ia menjelaskan lima fokus dalam menangani penyakit menular seperti arbovirosis, termasuk edukasi dan pelatihan, kontrol vektor, pengawasan yang kuat, vaksin, dan terapeutik.
"Melalui edukasi dan pemahaman yang cukup, masyarakat kita menjadi tahu apa yang harus dilakukan dan dihindari, untuk mencegah penularan lebih lanjut," paparnya.
Sementara itu, dr. Nikki Kitikiti dari Takeda Pharmaceuticals International menekankan Demam berdarah dengue menimbulkan beban yang signifikan bagi keluarga, sistem kesehatan, dan ekonomi.
"Mengingat DBD dapat menjangkit siapa saja, tanpa pandang bulu, penanggulangan DBD memerlukan pendekatan yang terintegrasi dan kemitraan lintas-sektor yang kuat," pungkasnya.(*)