KETIK, SURABAYA – Pada saat hari Raya Idul Fitri atau lebaran sudah menjadi tradisi di Indonesia jika kita berkeliling mengunjungi tetangga, saudara atau kolega untuk bersilaturahmi.
Dalam bersilaturahmi tentu saja ada adab yang harus kita jalankan sesuai dengan syariat Islam. Adanya aturan ini adalah untuk menjaga kenyamanan kedua belah pihak baik tamu maupun tuan rumah.
Berikut ini adalah ulasan mengenai bertamu sesuai anjuran Rasulullah SAW yang telah dirangkum dari berbagai sumber.
1. Mengucapkan Salam
Sebagai umat muslim sudah sepatutnya anda mengucapkan salam terlebih dahulu saat bertamu. Sebagaimana tertuang dalam firman Allah SWT dalam surah An-Nur ayat 27:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya, yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu selalu ingat.” (QS. An-Nur [24]: 27).
2. Meminta Izin Masuk
Setelah mengucapkan salam kepada tuan rumah, maka tamu harus bertanya dulu kepada tuan rumah apakah dirinya diizinkan untuk masuk. Meminta izin adalah hal penting sebelum masuk ke kediaman tuan rumah. Hal ini lantaran bisa saja tuan rumah sedang tidak ingin diganggu atau mungkin sedang sakit.
Dengan meminta izin, tamu memberi kesempatan bagi tuan rumah untuk berbenah diri sehingga siap menyambut tamu tersebut.
3. Jika Tidak Diizinkan Ada baiknya Pulang
Saat mengunjungi rumah tetangga atau keluarga dan kita sudah mengucapkan salam sebanyak 3 kali namun masih belum ada jawaban dari tuan rumah. maka tamu harus mengurungkan niatnya bertamu. Jangan sampai tamu memaksa untuk bertandang sedang tuan rumah tidak bersedia atas kedatangan tamu tersebut.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah An-Nur ayat 28.
"Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapatkan izin, dan jika dikatakan kepadamu: 'Kembalilah!', maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah SWT Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS: An-Nur [24]:28).
4. Jangan Berdiri Menghadap Pintu
Saat tiba di rumah tuan rumah dan kita mengetuk pintu sembari mengucapkan salam, usahakan untuk berdiri disamping pintu. Tamu yang menghadap pintu masuk, apalagi sampai mengintip-intip ke dalam rumah termasuk perilaku lancang dan tidak sopan. Larangan ini tergambar dalam hadis yang diriwayatkan Sa'ad RA, ia berkata:
”Seseorang berdiri di depan pintu Rasulullah SAW sambil menghadap ke dalam rumah, ia bermaksud minta izin. Kemudian Rasulullah bersabda,'Seharusnya kamu begini begitu [tidak menghadap ke depan pintu]. Sesungguhnya disunahkan meminta izin dan menjaga pandangan.” (H.R. Abu Dawud)
5. Tidak Menginap Lebih dari 3 Hari
Jika ada seorang tamu yang ingin menginap. Maka tidak boleh melebihi 3 hari. Hal ini agar tidak memberatkan sang tuan rumah jika harus melayani tamu dalam waktu lama.
Bagaimanapun juga, tuan rumah membutuhkan privasi dan urusannya yang harus ia kerjakan.
6. Meminta Izin Sebelum Makan
Sebelum menyantap makanan yang terhidang, seorang tamu harus meminta persetujuan terlebih dahulu pada tuan rumah. Hal tersebut termasuk ke dalam adab bertamu yang harus dilakukan.
Selain itu, dilarang melihat-lihat ke tempat keluarnya perempuan atau melirik kanan kiri pada wajah orang yang sedang makan.
7. Membawa Hadiah dan Tidak Memberatkan Tuan Rumah
Untuk menunjukkan kedekatan dan mempererat jalinan silatirahmi, ada baiknya saat bertamu anda membawa hadiah untuk tuan rumah. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW:
“Berilah hadiah di antara kalian! Niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)
Selain itu dalam adab bertamu sangat dianjurkan untuk tidak memberatkan tuan rumah seperti bertamu terlalu lama.
8. Tidak Diperbolehkan Mengintip ke dalam Rumah
Ketika hendak bertamu, Anda tidak diperkenankan mengintip ke dalam rumah. Sebab, hal ini menunjukkan perilaku tidak sopan. Saat bertamu anda tetap berdiri dan menunggu untuk dipersilahkan masuk.Hal ini tertuang dalam hadits yang artinya:
“Andaikan ada orang melihatmu di rumah tanpa izin, engkau melemparnya dengan batu kecil lalu kamu cungkil matanya, maka tidak ada dosa bagimu.” (HR. Bukhari Kitabul Isti’dzan).(*)