KETIK, SURABAYA – Untuk memenuhi indikator pemenuhan syarat Kota Layak Anak (KLA) tingkat dunia, Pemkot Surabaya berkomitmen melibatkan berbagai pihak.
Salah satu bentuk pemenuhan itu diimplementasikan Pemkot dengan menggelar acara Ngobrol Santai Bareng Media dengan tema "Membangun Sistem Informasi dan Media Ramah Anak" di Gedung Siola lantai II Surabaya, Senin (19/12).
Ngobrol santai ini diikuti mulai dari media, Non-Governmental Organization (NGO) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pemerhati anak-anak, hingga Forum Anak Kota Surabaya. Tak hanya itu, forum ini juga dihadiri Kepala Kantor UNICEF Wilayah Jawa, Tubagus Arie Rukmantara. Dia juga menjadi salah satu pembicara.
Tomi Ardiyanto, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Kota Surabaya, menjelaskan, Pemkot menggandeng perwakilan UNICEF Indonesia untuk mewujudkan Surabaya sebagai Kota Layak Anak Dunia.
"Mereka (UNICEF) sangat concern sekali terkait dengan ingin menjadikan Surabaya Kota Layak Anak. Bukan hanya di tingkat nasional, tapi di tingkat internasional, entah itu di level Asia atau Asia tenggara," kata Tomi Ardiyanto ditemui di sela acara.
Menurut Tomi, dukungan UNICEF, media, NGO atau LSM, sangatlah penting untuk bisa meraih predikat Surabaya Kota Layak Anak Dunia tersebut. Karena itu, dalam agenda ini, DP3A-PPKB juga menghadirkan seluruh pihak terkait untuk berdiskusi bersama menyamakan persepsi dalam mewujudkan hal tersebut.
"Intinya support dari UNICEF, LSM atau NGO yang sekarang kita hadirkan itu akan memberikan support kepada Kota Surabaya. Sehingga Surabaya nanti bisa meraih atau mempertahankan sebagai kota layak anak atau kota ramah anak," ucap Tomi.
Fokus utama yang dilakukan Pemkot saat ini untuk memenuhi indikator Kota Layak Anak Dunia adalah dengan mengubah paradigma masyarakat. Untuk itu, Pemkot ingin mengajak seluruh elemen mulai dari NGO, LSM, hingga media untuk bergerak bersama-sama dalam menyamakan kerangka program mewujudkan Surabaya Kota Layak Anak Dunia.
"Kita mengharapkan peran serta dan support dari stakeholder di luar birokrasi. Dalam hal ini, LSM, NGO dan dukungan teman-teman media dalam hal ini sangat besar. Bagaimana Surabaya secara bersama-sama seluruh elemen bergerak mempunyai kerangka berpikir yang sama menjadikan Surabaya Kota Ramah Anak secara program, secara kegiatan, maupun implementatif di lapangan," papar Tomi.
Tomi juga menjelaskan, indikator penilaian agar Surabaya bisa meraih predikat Kota Layak Anak Dunia ini tidak terlalu jauh dengan KLA Kategori Utama. Salah satunya adalah indikator pemenuhan Hak Sipil Anak, Hak Anak Mendapatkan Kesehatan, dan Hak Anak Mendapatkan Pendidikan.
"Kemudian, dukungan dari seluruh stakeholder juga termasuk salah satu indikatornya (Kota Layak Anak Dunia)," sebutnya.
Tomi menyatakan, pada tahun 2023, pihaknya mulai menyiapkan seluruh kebutuhan untuk pemenuhan indikator KLA tingkat dunia. Bahkan, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi telah bersurat kepada UNICEF Perwakilan Indonesia.
Dalam surat itu Eri sudah mengusulkan agar Surabaya diikutsertakan dalam pelaksanaan penilaian Kota Layak Anak tingkat dunia. "Pemerintah Kota Surabaya sudah berkomitmen untuk mengikuti penilaian atau awarding terkait Kota Layak Anak tingkat dunia," imbuh Tomi.
Di tempat yang sama, Kepala Kantor UNICEF Wilayah Jawa, Tubagus Arie Rukmantara mengaku telah menerima surat pengajuan dari Wali Kota Eri Cahyadi terkait usulan penilaian Kota Layak Anak tingkat dunia atau kategori Child Friendly City Initiatives (CFCI) tersebut. Ia pun menyambut baik keinginan Surabaya dalam upaya meraih predikat Kota Layak Anak itu secara penuh.
"Kita tentu sangat mendoakan Surabaya harus menjadi Kota Layak Anak yang full. Karena itu berarti syarat bahwa jawaranya dari Indonesia kita bawa ke dunia. Jadi, apapun yang belum dilakukan untuk memenuhi kriteria Kota Layak Anak yang penuh (full), kita akan dukung," kata Arie Rukmantara.
Selain itu, Arie juga menyebutkan, saat masa time frame selama satu tahun ke depan, UNICEF akan mendukung penuh apa pun yang dibutuhkan Surabaya untuk memenuhi indikator Kota Layak Anak penuh.
Di sisi lain, pihaknya juga akan memberikan rencana kerja dalam masa waktu terukur terkait berapa lama Surabaya bisa diakui untuk bisa masuk kategori CFCI. "Nanti kita berdiskusi tentunya dengan Pak Wali Kota, dengan Bu Sekda, dan tentunya Kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah) untuk menyetujui berapa lama Kota Surabaya mempersiapkan dirinya untuk menjadi CFCI," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Forum Anak Kota Surabaya, Neerzara Syarifah Alfarizi (16) menilai bahwa fasilitas-fasilitas di Kota Surabaya untuk anak-anak sendiri sudah cukup luas dan bagus. Dia berharap ke depan itu semua dapat lebih didukung UNICEF serta Perangkat Daerah (PD) terkait. Ini supaya anak-anak Surabaya lebih bebas untuk bersuara. "Khususnya untuk anak-anak disabilitas, anak-anak marginal, anak-anak jalanan, dan lain-lain," kata Caca sapaan akrab Neerzara.
Caca yang merupakan pelajar Kelas XI SMKN 10 Surabaya ini bersama rekan sebayanya juga menginginkan Surabaya menjadi Kota Layak Anak sungguhan. Artinya, tak sekadar title, tapi Kota Layak Anak yang benar-benar bisa merangkul setiap anak dari segala kalangan untuk bisa merasakan nikmat hidup di Surabaya. Juga, bisa menikmati segala fasilitas-fasilitas yang ada di Kota Pahlawan.
"Karena Surabaya sendiri adalah kota besar yang sudah tertitle banget, kita (Surabaya) Kota Layak Anak tingkat utama," pungkasnya. (*)