KETIK, SURABAYA – Kota Surabaya merupakan pelopor sebagai satu-satunya kota di Indonesia yang mengajukan diri menjadi bagian dari jaringan global Child Friendly Cities Initiatives (CFCI) UNICEF, dalam mengikuti penilaian Kota Layak Anak Tingkat Dunia.
Yakni mampu mengimplementasikan Kota Layak Anak di Indonesia, serta peraih penghargaan kategori utama selama lima tahun berturut-turut.
Karenanya, Pemkot Surabaya bersama UNICEF Wilayah Jawa terus bekerja sama untuk memastikan program pengembangan yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dan pelaksanaan konvensi hak anak.
Bahkan, pemkot menyediakan berbagai fasilitas ramah anak di setiap sudut kota.
Untuk menuju Kota Layak Anak Dunia, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menjelaskan pentingnya keluarga karena membentuk karakter anak.
"Terkait dengan layak anak karena keluarga ini yang terdekat, pemerintah kota ini ada Sinau Bareng, ada Ngaji Bareng," papar Eri Cahyadi setelah menghadiri The 10th Asia -Pasifik Forum for Sustainable Development Selasa, (28/3/2023).
Eri menjelaskan, Pemkot akan membentuk Balai RW yang akan menjadi pusat kegiatan anak, selain menggunakan Balai RW, bisa menggunakan semua taman di Kota Surabaya.
"Tapi fokus kami adalah di tingkat RW sehingga mereka mau komunikasi, mau berinteraksi, ketika kami hari ini melakukan perbaikan di seluruh Balai RW, yang kita targetkan di bulan Mei atau Juni selesai semua," ungkap Eri.
The 10th Asia -Pasifik Forum for Sustainable Development. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)
Ketika Balai RW ini selesai, maka akan ada setiap kegiatan, dan akan ada beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang memegang beberapa Balai RW.
"Maka untuk kegiatan Sinau Bareng, kegiatan Ngaji Bareng, maka semakin banyak anak yang hadir dan berinteraksi di sana itulah keberhasilan OPD," papar Mantan Kepala Bappeko.
Wali Kota Surabaya menyebut OPD tidak hanya menjalankan program kerja sesuai tupoksi, tetapi semua OPD ini harus mempunyai tanggung jawab sosial.
"Bagaimana menggerakan setiap perkampunganya, sehingga itu akan kita terapkan sehigga termasuk dengan mental anak terkena pandemi," ungkap Eri Cahyadi.
Menurut Eri, ketika ketahanan keluarga itu kuat karena pergerakan kegiatan di Balai RW itu masif maka kenakalan remaja itu akan jauh berkurang.
"Di situlah anak akan bisa mengeksplore kemampuanya, mengeluarkan apa yang dia inginkan maka disitulah ada program pemerintah yang mengakomodasi keinginan anak," jelas ketua IKA ITS ini.
"Ketika keluarga itu kuat, maka kota ini akan jadi kuat," tambah Eri.
Mengenai wilayah Surabaya yang tidak memiliki Balai RW, Wali Kota Surabaya akan mendiskusikan agar kegiatan untuk anak-anak tetap bisa dilaksanakan.
"Kita akan diskusi dengan masyarakat yang tidak memiliki Balai RW," jelas Eri Cahyadi. (*)