KETIK, MADIUN – Kistanto Sukmono Putro tak kuasa menahan rasa bahagia. Matanya berbinar dan perasaan syukur begitu terasa.
Beberapa bulan lalu, ia sempat depresi dan masuk RSUD Soeroto Ngawi karena 'kehilangan' pekerjaan sebagai juru parkir atau Jukir di Pasar Sleko, Kota Madiun.
Kistanto kerap mengomel seperti memimpin rapat saat parkir. Kondisi itu membuat keluarga khawatir.
Keluarga membawa Kistanto ke RSUD. Karena rumah sakit di Madiun tidak ada yang memiliki ruang khusus perawatan pasien jiwa. Ia dirawat selama seminggu.
Kistanto Sukmono Putro, pria yang tinggal di Jalan Indragiri Kota Madiun mengatakan, ia sebelumnya bekerja sebagai Jukir di Pasar Sleko Jalan Trunojoyo secara konvensional dan manual. Pada 30 Desember 2021, ia berhenti sebagai Jukir di pasar tersebut.
Pemerintah bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menerapkan zona integritas di segala lini pelayanan khususnya retribusi agar tidak terjadi kebocoran atau korupsi. Sehingga seluruh pelayanan berbasis retribusi bertransformasi ke layanan digital agar transparan.
Pada bulan Desember, Wali Kota Madiun, Maidi, melalui Dinas Perdagangan Kota Madiun yang membawahi seluruh pasar mulai mensosialisasikan bahwa per 1 Januari diterapkan sistem parkir digital atau e-parkir.
Benar saja, pada 1 Januari pemerintah setempat sudah menerapkan sistem e-parkir sehingga mereka tidak bisa bekerja kembali.
Karena tidak paham, Jukir mengira mereka diberhentikan semua dan tidak akan bekerja lagi. Padahal pada saat itu dinas perdagangan sudah mengatakan bahwa e-parkir tersebut akan melewati masa transisi atau uji coba terlebih dahulu.
Pada masa transisi ini Jukir memang tidak bisa dipekerjakan terlebih dahulu karena harus dihandle dulu oleh Dinas Perdagangan Madiun sesuai aturan. Sehingga setelah diketahui transparansi manajemen pemasukan dan pengeluaran baru akan diserahkan kepada pengelola atau pihak ketiga.
Karena ketidak pahaman itulah, puluhan Jukir merasa kecewa dan demo bahkan ada yang sampai masuk RSJ karena depresi. Ia adalah Kistanto.
"Saya sempat masuk rumah sakit tiga bulan setelah itu. Saya tidak bekerja selama tiga bulan, saya masuk rumah sakit memang betul seperti itu," kata Kistanto, Rabu (2/11/2022).
Padahal, saat parkir masih sistem manual kala itu, pengunjung langsung memberi uang parkir kepada mereka.
"Terus kita nanti setor," tambahnya.
Setelah kebijakan e-parkir berlaku, Pemkot memasang peralatan elektrik pembayaran otomatis. Sehingga para Jukir ini tidak bisa bekerja lagi.
"Sebelumnya memang ada pemberitahuan enam bulan sebelumnya. Hanya sebatas pemberitahuan kalau nanti 1 Januari sistem parkirnya diganti dari yang manual sistem setoran ke elektronik," jelasnya.
Kehilangan pekerjaan itu membuat Kistanto benar-benar frustasi. Ia kehilangan pekerjaan setelah Pemkot Madiun menerapkan sistem e-Parkir yang lebih terintegrasi dan transparan.
Otomatis, Kistanto bersama puluhan Jukir lainnya harus menerima kenyataan. Kondisi tersebut membuat para Jukir melakukan aksi protes dengan demonstrasi. Bahkan, Kistanto sampai depresi. Berita tentangnya pun viral di media sosial.
Ia tidak bisa mengingat lagi bagaimana saat mengalami gangguan jiwa kala itu. Karena Kistanto tidak sadar dan tengah depresi.
"Saya tidak sadar apa yang saya perbuat kalau saya dibawa ke rumah sakit jiwa itu kemungkinan sering ngomel sendiri, pihak keluarga takut kalau nanti malah menjadi-jadi akhirnya saya dimasukkan ke rumah sakit jiwa satu minggu," kisahnya.
Ia membenarkan sempat depresi dan viral karena masuk rumah sakit sekitar Maret lalu. Setelah kondisinya mulai pulih, ia diperbolehkan pulang ke rumah dan mulai bekerja serabutan.
Namun kini, Kistanto kembali mendapatkan kesempatan bekerja sebagai Jukir setelah Pemkot Madiun mengubah kebijakan.
Karena dalam perjalanan, semua proses uji coba telah selesai. Atau sekitar tiga bulan. Pada saat transisi tersebut, Dinas Perdagangan Kota Madiun terus mencari pola bagaimana pelaksanaan uji coba segera selesai agar Jukir tersebut segera dipanggil.
Namun karena terbentur waktu sebab ada syarat sistem yang harus dilalui, maka butuh waktu cukup lama. Dan pada saat itulah, viral berita tentang Kistanto yang masuk rumah sakit karena depresi berat.
Menjelang September, proses yang dilakukan dinas perdagangan sudah hampir selesai. Per 1 Oktober sudah mulai dilakukan pengelolaan yang baru melalui kerja sama lelang dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Madiun untuk mencari pihak tiga sebagai pengelola e-parkir tersebut.
Dinas perdagangan mencari pengelola yang mampu menambah satu in satu out agar ada jalur khusus keluar mobil dan motor sehingga bisa mengurai kemacetan. Karena selama ini pintu keluar hanya satu jalur sehingga terjadi antrean panjang.
Lelang itu akhirnya dimenangkan oleh salah satu pengelola yang kini tengah berproses menambah satu pintu keluar dan pintu masuk lagi. Jadi total ada tiga pintu masuk dan dua pintu keluar.
Pada 1 Oktober semua proses itu selesai. Per 20 Oktober, parkir di Kota Madiun resmi dikelola oleh pihak ketiga tersebut.
Namun demikian, pihak ketiga ini juga telah mendapat tugas dari Wali Kota Maidi untuk memanggil semua Jukir yang kemarin sempat berhenti untuk bekerja semua. Termasuk Kistanto.
"Itu betul sekali, termasuk saya juga dipanggil. Saya juga sudah bekerja dengan sistem yang baru," ujarnya.
Bahkan, Kistanto tak lagi menjadi tukang parkir yang menunggu di pinggir jalan. Karena ia langsung mendapatkan pelatihan sebagai kasir e-Parkir profesional lengkap berseragam. Kistanto mengaku senang dan bersyukur. Ia bangga karena ia kini menjadi kasir.
"Dulu kerja lapangan sekarang saya jadi kasir. Bangga sekali dan senang, kerja saya jadi lebih ringan daripada yang dulu," ucap Kistanto.
Ia sungguh-sungguh tak menyangka bahwa Wali Kota Maidi akan mempekerjakan mereka kembali melalui pihak ketiga selaku manajemen.
"Saya berterimakasih kepada pak wali kota karena sudah memanggil saya untuk bekerja kembali di Pasar Sleko sesuai dengan janji-janji beliau," kata Kistanto yang mulai aktif bekerja sejak 20 Oktober 2022 kemarin.
Bahkan hari ini ia sudah menerima gaji pertama. Ia bangga karena memakai seragam perusahaan lengkap dengan rompi dan kemeja.
"Saya senang sekali bisa bekerja kembali karena selama ini saya kerja serabutan. Bisa terima gaji bulanan," ucapnya.
Selain itu, Kistanto juga mendapatkan fasilitas memadai dari manajemen. Seperti asuransi dan pelatihan-pelatihan teknologi komputer untuk mempelajari manajemen keuangan lebih mendalam. Padahal dulunya ia hanya Jukir di tengah jalan. Kini ia naik pangkat dan jabatan menjadi kasir. Menyapa pengunjung dengan baik.
"Karena pesan pak wali kota bahwa Jukir ini memang ujung tombak untuk pelayanan wisata," ungkapnya.(*)