KETIK, MALANG – Batik tulis lintang memproduksi batik tulis motif khusus Tragedi Kanjuruhan. Kreasi ini bentuk dukungan moral atas tragedi Kanjuruhan yang menelan ratusan korban jiwa.
Owner Batik Tulis Lintang, Ita Fitriyah, mengaku tergerak untuk ikut berpartisipasi dalam aksi nyata membantu keluarga korban. Batik Lintang yang berada di desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang dikenal kepeduliannya terhadap aksi sosial kemanusiaan.
Menurut Ita, dirinya membuat batik dengan motif tragedi Kanjuruhan betujuan untuk membantu para korban tragedi Kanjuruhan yang hingga kini masih berjuang untuk mencari keadilan hingga tuntas.
Nantinya batik tulis yang ia buat ini akan dilelang hingga satu bulan ke depan, dan seluruh hasil lelang akan ia berikan kepada keluarga korban.
“Kain ini kami lelang mulai sekarang sampai satu bulan kedepan, nantinya uang hasil lelang itu seluruhnya akan kami berikan kepada korban tragedi Kanjuruhan,” kata Ita Fitriyah.
Lebih lanjut Ita mengatakan jika motif batik tragedi Kanjuruhan yang ia buat ini diambil dari cerita anaknya yang bernama Lintang yang saat itu hadir dalam tragedi yang telah menewaskan 135 nyawa manusia itu. Selain itu juga cerita dari beberapa masyarakat yang disampaikan kepadanya.
“Batik lintang membuat suatu karya tentang motif tragedi kanjuruhan, berdasar dari cerita siswa siswi kami dan juga cerita anak kami,” kata Ita Fitriyah.
Dalam batik motif tragedi kanjuruhan itu,ita menggambarkan tanganberbentuk emoji harapan, sertasya hitam tanda berdua, ditambah dengan gambar singa bermahkota dan ada motif asap berwarna merah seperti yang diderita korban.
“Ini motif menceritakan ada banyak korban jiwa. Kami gambarkan dengan tangan berbentuk emoji harapan, ada minta tolong dalam tragedi tersebut. Lalu ada syal berwarna hitam tanda berduka. Kemudian ada singa bermahkota seperti patung yang ada di kanjuruhan," jelasnya.
"Kemudian ada motif asap bentuk asap dari tragedi kanjuruhan. Kenapa berwarna merah? kami mengambil dari warna mata merah yang diderita korban. Lalu kepala kainnya berserakan puing-puing dan latarnya berwarna biru,” tambah ibu dua anak ini.
Untuk konseptual hingga memproduksi kain batik khusus tragedi Kanjuruhan ini, Ita membutuhkan waktu kurang lebih 4 minggu. Dimana dua minggu untuk penggambaran konsep dan dua mingu untuk proses pengerjaan batik tulis.
“Konseptualnya membutuhkan waktu sekitar dua minggu, lalu untuk teknis proses pengerjaan kain batik motif tragedi Kanjuruhan ini sekitar dua minggu,” ungkap alumnus Teknik Tekstil ITN Malang ini.
Ita menceritakan bahwa motif tragedi Kanjuruhan ini tidak ia perbanyak dan hanya dua kain yang ia produksi dan hanya untuk dilelang untuk selanjutnya hasil lelang ia berikan seluruhnya untuk keluarga korban.
“Dan motif ini tidak diperbanyak karena bertujuan untuk didonasikan untuk korban tragedi tersebut dan perjuangan para korban yang sampai sekarang berjuang menuntut keadilan,” kata Ita.
Ita berharap dengan cara lelang batik hasil karyanya ini setidaknya bisa membantu para keluarga korban yang masih mencari keadilan hingga saat ini. (*)