KETIK, KEDIRI – Peringatan wafatnya 75 tahun Bapak Republik Indonesia, Ibrahim Datuk Tan Malaka di Kediri digelar dengan doa bersama hingga pembacaan puisi. Refleksi ini bertempat di area makam Tan yang berada di Desa Selopanggung Kecamatan Semen Kabupaten Kediri, Rabu (21/2/2024).
Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4), Imma Mubarok mengatakan refleksi tersebut dilakukan untuk mengenang jasa Tan sejak tahun 2006 silam. Untuk itu, kegiatan seperti ini perlu dilakukan setiap tahunnya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar perduli terhadap sejarah.
"Tujuannya tak lain agar kita menghormati pahlawan, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan menghormati jasa-jasa para pahlawannya," terang pria yang akrab disapa Gus Barok usia acara.
Selain pegiat budaya, refleksi tersebut juga dihadiri oleh beberapa elemen masyarakat, perwakilan organisasi, anggota legislatif, tokoh masyarakat, hingga mahasiswa. Kegiatan diawali dengan refleksi mimbar bebas pembacaan puisi. Dilanjutkan dengan doa bersama dan tabur bunga.
Pada kesempatan itu, Gus Barok juga mengingatkan kepada semua pihak agar menjaga dan merawat makam Tan Malaka. Sebab sebelum acara ini, pihaknya mendapat kabar bahwa bendera merah putih di area makam hilang. Gus Barok menyampaikan, sesuai Keputusan Presiden Soekarno tertanggal 28 Maret Nomor 53 Tahun 1953, Tan sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
"Hari ini kita kembali berdirikan bendera merah putih di makam Tan. Yang tidak berkenan terhadap Tan, jangan buat ulah, karena Tan tidak pernah menggangu Anda," tandas pria yang juga menjabat sebagai Ketua Tan Malaka Institute Jawa Timur ini.
Sementara itu, salah satu anggota Legislatif Kabupaten Kediri yang hadir dalam acara refleksi Tan, Khusnul Arif menyampaikan bahwa Kabupaten Kediri mempunyai banyak sejarah dan kebudayaan yang harus diketahui dan dilestarikan oleh masyarakat. Salah satunya adalah makam Pahlawan Tan Malaka di Desa Selopanggung ini.
Bagi oria yang akrab disapa Pipin ini, Tan merupakan salah satu pahlawan nasional yang perjuangannya menjadi bagian penting dalam proses kemerdekaan bangsa Indonesia. Untuk itu, dengan refleksi dan mengingat kembali jasa Tan, diharapkan rasa cinta tanah air semakin tinggi.
“Beliau Tan ini sudah menjadi bagian sejarah bangsa Indonesia, yang status pahlawan nasionalnya sudah disahkan. Maka dari itu, dengan meng uri-uri sejarah dan budaya kita semakin tahu bahwa perjuangan para pahlawan dahulu itu berat," jelasnya.
"Saat ini kita tinggal meneruskan dan menjaga agar NKRI semakin maju tak terpecah belah," imbuhnya. (*)