KETIK, BONDOWOSO – Sejumlah aktivis lingkungan menilai kondisi mata air Bondowoso kian memprihatinkan. Sebut saja, dengan geografis Bondowoso yang berada di daerah pegunungan. Namun yang terjadi Bondowoso justru dilanda kekeringan.
Melihat ini, aktivis lingkungan yang tergabung di Masyarakat Pencinta Alam (MPA) Bondowoso menggelar dialog antar pihak dengan tema “Mata Air Terakhir” di Orilla Cafe & Resto, pada Jumat (07/06/2024).
Tohari, Ketua Fraksi PKB di DPRD Bondowoso, mengakui, kondisi lingkungn hidup di Bondowoso memang kritis. Ia mencontohkan kasus banjir yang belakangan marak melanda Kabupaten Bondowoso.
“Karena dulu tidak ada banjir. Dua tahun terakhir ini Bondowoso dilanda banjir,” tegasnya.
Ia mempertanyakan bagaimana tanggung jawab, dan kontribusi yang sudah dilakukan Pemda untuk memulihkan, merawat, dan menjaga kualitas lingkungan di Bondowoso.
“Apakah PDAM turut menjaga mata air? Atau hanya disedot saja?,” tanya pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Bondowoso itu.
Ia pun menggaris bawahi bahwa semua pihak harus terlibat dalam menjaga lingkungan.
“Oleh sebab itu acara ini menggerakkan hati kita untuk lebih peduli terhadap sumber mata air,” ujarnya.
Senada disampaikan oleh, Sutriono, Komisi III DPRD Kabupaten Bondowoso.
Ia menyebut dirinya sebagai perwakilan rakyat akan terus mendorong tiga hal. Yakni ketersediaan, pendayagunaan, dan pengedalian air.
Karena bagaimana pun, jika mengutip amanat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 33 ayat (3). Bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
"Kami sebagai perwakilan rakyat akan terus mendorong,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Logistik, Rehabilitasi, dan Kontruksi, BPBD Bondowoso, Tugas Riski Bahana, membenarkan, bahwa pihaknya kerap mendapatkan telpon permintaan air bersih. Lebih-lebih di musim kemarau.
"Kalau sudah masuk musim kemarau HP kami selalu sibuk dengan telfon untuk pengiriman air bersih,” katanya di acara tersebut.
Umar, perwakilan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bondowoso menepis tema tersebut. Ia menyebut ada dua kemungkinan dalam tema acara tersebut, yakni positif dan negatif.
“Karena kami selalu berfikir positif barangkali tema kali ini adalah sumber mata air terakhir yang harus kita rawat dan bisa muncul sumber mata air yang lain,” katanya.
Sementara itu, Zia Ulhaq, Ketua Panitia menegaskan bahwa Dinas Lingkungan Hidup punya peran penting terhadap kondisi ini. Sebab, ia menerangkan bahwa kebijakan itu memiliki dua dimensi, yakni membujuk atau membodohi.
Karena itulah, ia melalui komunitas Bondowoso akan terus mendorong pemerintah untuk mengambil peran aktif terhadap ketersediaan air agar bencana kekeringan tak lagi melanda Kabupaten Bondowoso.
“Itu sebabnya kami mengundang seluruh instansi terkait supaya bisa menemukan solusi dari kondisi ini,” pungkasnya. (*)