KETIK, JAKARTA – Surabaya sangat kaya akan kuliner tradisional hingga modern. Salah satunya adalah rujak cingur, yang konon diperkenalkan warga peranakan Tionghoa di Kota Pahlawan. Diperkirakan rujak cingur sudah ada sejak akhir 1950-an.
Kelezatan rujak cingur juga telah menular ke beberapa kota di sekitar Surabaya, hingga luar provinsi. Kini rujak cingur telah menjadi menu wajib bila mampir ke ibu kota Jawa Timur. Berikut deretan rujak cingur viral di Surabaya.
Joko Dolog
Dulu rujak cingur ini buka kedai di samping lapangan tenis Embong Sawo. Seiring ditutupnya cagar budaya tersebut membuat rujak cingur embong sawo hijrah ke Jalan Taman Apsari, tepatnya di samping patung Joko Dolog.
Jam berkunjung paling tepat sebelum jadwal makan siang. Sebab pada pukul 12.00-13.00 WIB, cukup banyak pecinta rujak mampir. Di tempat ini Anda juga bisa memilih rujak madura yang petisnya lebih asin dan lebih gurih.
Rujak TVRI
Ada dua nama di tempat ini, yakni rujak cingur Cak No. Ada pula yang memberi nama rujak TVRI, merujuk lokasi yang dekat dengan stasiun TVRI Jawa Timur atau di Jalan Raya Dukuh Kupang.
Ciri khas rujak ini adalah porsi jumbo. Biasanya rujak porsi ini hanya untuk melayani pesanan yang dihidangkan di atas tampah.
Rujak Cingur Delta
Cukup banyak rujak cingur yang memberi mie kuning dalam setiap sajiannya. Namun rujak Delta ini sedikit agak berbeda. Di mana mie kuning yang disajikan ukurannya sedikit lebih besar.
Daya tarik ini kerap membuat pelanggan meminta tambahan mie kuning. Jangan sampai salah alamat. Lokasi rujak ini berada di Jalan Kayon buka pukul 09.00 hingga 21.00 WIB.
Cak Durasim
Bisa dibilang inilah salah satu rujak paling tua di Surabaya. Rujak cingur ini sudah ada sebelum Indonesia merdeka. Kedia ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1943. Hingga saat ini rujak yang disajikan tidak berubah.
Salah satu ciri khas rujak ini adalah petisnya yang kental dan pekat. Saat ini rujak yang berada di Jalan Genteng Durasim ini dikelola generasi keempat.
Ahmad Jais
Rujak Ahmad Jais di Kawasan Peneleh ini juga tidak kalah legend. Rujak ini dikelola warga keturunan Tionghoa generasi ketiga. Rujak cingur di Jalan Ahmad Jais ini sudah ada sejak pertengahan tahun 1960-an.
Rujak ini kerap dikunjungi tokoh-tokoh politik nasional pada saat berkunjung ke Surabaya. Pada era reformasi 1998, nama rujak ini kian melambung lantaran banyak tokoh politik yang mencicipinya.
Popularitas rujak di Jalan Ahmad Jais hingga kini kerap dikunjungi tokoh-tokoh nasional. Tak jarang pula dibuat untuk membuat konten kreatif. (*)