KETIK, JAKARTA – Kota Surabaya memiliki kuliner yang beragam. Mulai dari makanan berat hingga yang ringan tersebar di berbagai daerah. Beberapa di antaranya tetap bertahan kendati digempur kudapan asal western maupun negara Asia lainnya.
Saat ini banyak kuliner khas Surabaya yang sudah berusia mencapai 50 tahun, dan dikelola generasi ketiga hingga keempat. Penasaran? Ini dia:
Lontong Balap Garuda
Kuliner ini didirikan Saunah, Wanita asal Margo Rukun. Ia mendirikan warung itu di Jalan Kranggan, tepatnya di seberang bioskop Garuda pada tahun 1957-an. Selanjutnya usaha ini diteruskan anaknya, Abdul Rohim alis Cak Gendut.
Lontong balap ini sempat berpindah-pindah. Setelah berjualan di Jalan Kranggan, kemudian berpindah di Jalan Prof Moestopo dan kini berada di Jalan Embong Malang.
Kini lontong balap telah menjadi kuliner khas Surabaya. Adapun porsinya terdiri atas potongan lontong, tahu goreng, lentho, dan ditaburi tauge. Selanjutnya disiram dengan kuah, terakhir ditaburi bawang goreng. Adapun makanan pendamping sate kerang dan sambal petis.
Sate Kelopo Ondomohen
Sate kelopo ondomohen sudah menjadi salah satu icon kuliner Surabaya. Usaha ini didirikan Asih, wanita asal Kecamatan Gubeng, di depan gang Jalan Wali Kota Mustajab pada 1967.
Bahan utama sate kelopo adalah daging sapi yang dilumir dengan parutan kelapa yang sudah diberi bumbu. Selanjutnya sate dibakar di atas arang dan disajikan dengan bumbu kecap serta irisan bawang merah. Selain itu, terdapat sate ayam
Cukup banyak tokoh nasional, tokoh politik, hingga artis yang mampir ke tempat ini.
Nasi Cumi Waspada
Jangan khawatir bila merasa lapar di tengah malam. Anda bisa mengunjungi Nasi Cumi di Jalan Waspada, Pabean Cantian atau dekat Pasar Atom. Kedai ini buka 24 jam dan lebih ramai di atas pukul 21.00 WIB.
Sesuai namanya, menu andalan di kedai ini adalah nasi cumi yang dimasak menggunakan tinta cumi dengan bumbu tradisional. Menu utamanya adalah nasi putih, cumi hitam, dan rempeyek udang. Anda juga bisa memilih nasi empal, nasi paru dan menu lain mirip nasi madura.
Warung ini sudah buka sejak tahun 1917 dan tidak membuka cabang. Kedai ini diteruskan generasi keempatnya. Anda jangan terkecoh lantaran banyaknya kedai serupa di sekitar Jalan Waspada. Untuk membedakannya, Anda bisa melihat banner dengan gambar beberapa artis yang pernah mampir.
Rujak Uleg Ahmad Jais
Popularitas rujak ini tidak diragukan lagi. Rujak uleg di Jalan Ahmad Jais telah berdiri sejak tahun 1960-an dan kini dikelola generasi ketiganya. Pendirinya adalah seorang wanita asal Tionghoa yang membuat rujak uleg berbahan dasar petis dan kacang.
Rujak ini kerap dikunjungi tokoh-tokoh politik nasional maupun artis ibu kota hingga saat ini. Melambungnya rujak uleg di Jalan Ahmad Jais kerap dibuat anak-anak muda membuat konten kreatif untuk diunggah kemedia sosial.
Banana split menjadi menu andalan di Graha Ice Cream Zangrandi. (Foto: Instagram @anakagungandiyana)
Es Krim Zangrandi
Dessert yang sudah melegenda di Surabaya adalah es krim zangrandi. Mengutip laman Pemerintah Kota Surabaya, es krim ini awalnya berada di Jalan Tunjungan 55 pada tahun 1930-an dengan nama Renato Zangrandi Ijspaleis.
Pendirinya adalah keluarga asal Italia, Roberto Zangrandi yang kemudian menjual kepada Adi Tanumulia pada 1960-an. Sebelum pendiri pulang, resto es krim ini sempat dipindah ke Jalan Yos Sudarso 15, seberang Gedung DPRD Surabaya.
Ciri khas es krim ini handmade yang resepnya sudah dibuat sejak era kolonial. Sebut saja tutti frutti, kopyor, banana split, dan menu lainnya. Hingga saat ini bahan-bahan dan pembuatan tradisional tetap bertahan hingga sekarang. Pemkot Surabaya telah menetapkan bangunannya sebagai cagar budaya sejak tahun 2009. (*)