KETIK, JAKARTA – Ketika group musik Queen merintis karir, mereka merilis album A Night at The opera dan mencantumkan lagu Bohemian Rhapsody sebagai lagu pembukanya.
Lagu itu langsung ditolak eksekutif produser musik EMI, Ray Foster. Alasannya, lagu itu dianggap aneh, durasinya hampir enam menit, di beberapa bagian tanpa chorus, intro, segmen ballad, sebagian opera, sebagian rock, dan agak reflektif.
Liriknya dari awal sampai akhir seperti sebuah cerita, tanpa ada pengulangan. Tapi itulah memang ciri lagu-lagu Queen. Freddie Mercury dan kawan-kawan langsung meninggalkan kantor EMI dan memutuskan untuk memberikan lagu itu untuk diputar di radio-radio, tanpa dukungan EMI.
Memang aneh karena biasanya radio hanya akan memutar lagu maksimal empat menit. Tapi Kenny Everett di Capita Radio memutarnya dan kemudian lagu ini meledak dan diikuti oleh radio-radio lainnya.
“Bohemian Rhapsody” selama sembilan minggu berturut-turut bertengger di peringkat 1 UK Single Chart di akhir tahun 1975.
Barangkali gaya Queen menentang EMI memang mencerminkan gaya hidup Bohemian yang menerapkan cara dan gaya-gaya non-konvensional, dan cenderung artistik, tapi merdeka bebas berpikir dan menentukan sikap.
Queen merasa merdeka keluar dari Gedung EMI dan tetap pada pendirian lagu ini harus diluncurkan apa adanya, titik.
Gaya bohemian dalam politik memang tidak populer, berani berkata jujur dan berpikir merdeka bahkan out of the box. Biasanya orang seperti ini awalnya akan dipikir ‘aneh’, tidak biasa dan menghadapi “kematian“ dalam berpolitik, ekonomi bahkan hidup mereka.
Soal gaya bohemian dalam kepemimpinan, orang-orang akan kembali mengingat Soekarno alias Bung Karno.
Kalau Bung Karno, mau hidup aman dan nyaman, memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan cara memproklamasikannya, mempertahankannya dengan pengorbanan psikis dan fisik yang sangat besar.
"Mohon maaf, negara-negara tetangga kita, Malaysia, Singapura dan Brunei itu semua merdeka karena dikasih oleh Inggris," demikian kata Pengamat Geopolitik Tulus Sugiharto, Sabtu (16/9/2023).
Bung Karno berpikir merdeka itu harus cepat diraih. Inilah cara memakmurkan rakyat Indonesia secepat-cepatnya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Di era lain, ada Bang Rizal Ramli (RR) berpikir merdeka bak Bung Karno. Dia tidak mau ikut arus menjadi menjadi kaum The Have atau The Rich.
Tulus mengatakan, bisa saja RR pulang mentereng dari Amerika, lulus dari Boston University, capek miskin, better berpikir menjadi orang berpunya, jadi orang kaya. Waktu jadi Menteri Koordinator, kesempatan lebih gila lagi untuk jadi orang kaya.
"Pejabat selevel itu mudah untuk kaya raya. Ini caranya. Buat aturan, nggak peduli mengakibatkan rakyat jadi susah, keruk duit secepatnya, jadi kaya raya baru tutup aturannya," ungkap Tulus Sugiharto.
Tapi kata Tulus, RR bukan orang bodoh, dia bukan tidak mampu makmur ala Peng-Peng seperti itu, tapi karena memang dia tidak mau melakukannya.
Pemikirannya soal kaya, sejahtera dan kuat bukan untuk dirinya sendiri tapi untuk rakyat banyak. Itu arti merdeka untuk dirinya.
"Ada gaya bohemian untuk merdeka dalam kedua Bung Karno dan Bang RR. Cara berpikir merdeka yang penuh dengan risiko," ujar Tulus.
Mungkin itu karena keduanya mempunyai latar belakang yang agak sama. Sejak kecil dekat dengan orang kecil, pandai, pernah dipenjara karena urusan politik, punya reputasi internasional, tapi mereka sulit untuk melepaskan diri untuk tidak terus memikirkan nasib rakyat kecil.
Bahkan sampai usianya sekarang ini RR masih ikut demonstrasi pro buruh, datang bertanya ke KPK soal KKN, menjadi saksi ahli di MK dan lainnya.
Sebagaimana lirik awal lagu Bohemian Rhapsody.
“Is this the real life? Is this just fantasy?“
"Ini real life, gaya bepikir merdeka, out of the box diperlukan agar Indonesia memang jadi negara maju di 2045," tandasnya.
Keputusan Queen benar, bertahan agar lagu Bohemian Rhapsody tetap diperdengarkan dengan genre baru, durasi yang melewati batas dan lirik bertutur seperti yang mereka buat. Lagu ini tetap populer dan bertahan hingga saat ini.
Freddie Mercury sudah wafat, tapi masih ada Brian May dan kawan-kawan yang terus melanjutkan lagu-lagu Queen bagi para penggemarnya termasuk gen now hingga kini, bahkan film Bohemian Rhapsody yang dirilis tahun 2018 sangat sukses dan sempat menjadi box office dunia.
"Dear ibu Megawati, Bung Karno sudah wafat, tapi ada Bung Rizal Ramli satu garis lurus, satu pemikiran, satu gaya kepemimpinan dan satu pemahaman yang sama dalam melanjutkan cita-citanya luhur bung Karno, merdeka lahir batin untuk rakyat Indonesia," tawar Tulus.