KETIK, PACITAN – Pandhe besi atau tukang besi Acir Hernowo warga RT 02 RW 03, Dusun Mendole, Desa Sirnoboyo, Kecamatan Pacitan, Pacitan, Jawa Timur ramai dibanjiri pesanan.
Saat ditemui Ketik.co.id di rumahnya, pria 48 tahun itu terlihat sedang mengamplas sebuah pisau daging pesanan warga. Dengan sangat hati-hati, ia menciptakan pisau yang nampak indah.
Pria yang kerap disapa Mas Acir ini, mengaku telah menekuni usaha sejak tahun 2019. Bermula, saat merebaknya pandemi covid-19, memaksanya memutar otak, demi mencukupi kebutuhan keluarga.
Beberapa produk yang Acir buat, seperti, pisau dapur, celurit, golok alias pisau sembelih hingga katana atau pedang, (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)
Belajar menjadi tukang besi saat ia merantau lima tahun di Banten. Hanya sekadar iseng dan mencoba, ternyata malah menjadi bekalnya saat pulang ke kampung halaman.
"Saya belajar saat merantau lima tahun di Banten, sekalian ikut belajar di tukang pandhe besi di sana," kisahnya, Kamis, (15/6/2023).
Alat yang digunakannya cukup sederhana. Misalnya mesin grendra dengan amplas ukuran 60 hingga 5000. Lalu, colokan dimmer sebagai pengatur kecepatan, dan tungku api sekalian blower untuk memanaskan besi.
Dalam proses pembuatannya, ia memerlukan waktu 1-3 hari, melalui tiga tahapan. Tahap awal membuat pola besi dan kayu. Sedangkan tahap kedua membentuk pola dengan amplas maupun pahat, dan terakhir adalah finishing, yaitu menajamkan bilah pisau.
Adapun, kriteria pisau disebut tajam harus memenuhi beberapa unsur penting. Misalnya memerlukan bahan berkualitas, alat yang tepat dan yang terakhir cara pembuatannya. Apabila unsur tersebut terpenuhi, hasil yang didapat akan sangat memuaskan, seperti halnya produk yang Acir buat.
"Sebetulnya ini rahasia, kuncinya ada di bahan, alat dan proses produksi. Kalau tidak memenuhi itu, pasti hasil bilahnya tidak tajam dan selalu butuh diasah," paparnya.
"Kalau untuk model sementara masih membuat yang klasik karena keterbatasan alat, namun untuk ketajaman, saya berani jamin, dan siap bersaing," imbuhnya.
Produknya dibanderol seharga Rp100 ribu hingga Rp800 ribu rupiah, tergantung model dari pesanan. Adapun beberapa produk yang dibuat, seperti, pisau dapur, celurit, golok alias pisau sembelih hingga katana atau pedang.
Acir Hernowo tengah tunjukkan sebuah pisau daging pesanan warga di rumahnya, Kamis, (15/6/2023), (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)
Sementara ini, karyanya telah banyak dibeli beragam kelas masyarakat mulai dari petani, tukang sembelih hingga pejabat kabupaten. Pembeli dari berbagai daerah juga ada, seperti Surabaya, Jakarta dan kota lainnya.
"Pembelinya ada yang dari Jakarta, Surabaya. Kalau lokal dari beberapa daerah di Pacitan sudah banyak yang pesan, Bupati Pacitan Mas Aji juga sudah pesan, yang saat ini dalam proses menyiapkan tutup pisaunya," imbuhnya lagi.
Menjelang Hari Raya Idul Adha seperti saat ini, omzet penjualan dan jasa mengasahnya, meningkat dua kali lipat dibanding hari-hari biasa. Meskipun, keuntungan yang diperoleh tidak banyak, hanya sekitar Rp25 ribu- Rp30 ribuan saja per pisau.
"Alhamdulillah menjelang idul kurban, banyak yang beli dan minta diasahkan. Kalau kenaikan omzet bisa dua kali lipat dibanding hari-hari biasa. Pada hari biasa hanya mendapatkan pesanan sekitar 5-10," tambahnya.
Pria dengan dua anak itu merasa program dari dinas terkait, kepada pelaku usaha sepertinya masih jauh dari harapan. Pasalnya, berupa bantuan materil maupun pemberian pendidikan dalam mengelola usaha, sejauh ini, sedikit pun belum pernah didapatkannya. (*)