KETIK, SURABAYA – Unicef Indonesia dalam Forum Diskusi Lintas Sektor memaparkan masih ada 11,2 juta anak muda Indonesia yang berusia 15-24 tahun masuk kategori Not in Employement, Education or Training (NEET).
Kategori ini menunjukan ada belasan juta anak muda Indonesia yang tidak memiliki kegiatan apa-apa, alias tidak bersekolah, tidak bekerja, maupun mengikuti pelatihan.
Education Specialist Unicef Indonesia, Suhaeni Kudus menyebut analisis NEET tahun 2023 mengalami peningkatan sekitar 25,8 persen dari total populasi anak usia 15-24 tahun dibanding tahun sebelumnya.
"Ini memperlihatkan masih banyak anak Indonesia yang tidak sekolah, tidak bekerja atau ikut pelatihan,” papar Eni dalam presentasinya, Rabu (5/6/2024).
Apabila dijabarkan ada lebih banyak anak muda perempuan yang berada di kondisi tersebut. Angkanya mencapai 35,7 persen dari total populasi usia 15-24 tahun. Sementara laki-laki 16,4 persen, anak muda di perkotaan sekitar 24,4 persen, dan pedesaan 27,7 persen.
Mengutip data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, Eni mengungkap angka anak muda Indonesia yang tidak bersekolah mencapai 3,9 juta. Sementara itu, hasil studi Bank Dunia menyebut murid yang menyelesaikan pendidikan tingkat atas hanya 57 persen.
“Kalau kita melihat angka 3,9 juta ini, 50 persen lebih ada di Jawa. Kenapa? Karena Jawa adalah pulau dengan penduduk terbesar, dan Jawa Timur penduduknya juga besar berada di peringkat kedua setelah Jawa Barat. Jadi tantangan kita di Jawa Timur untuk mengatasi anak tidak sekolah ini masih cukup besar,” lanjutnya.
Sementara itu, hasil studi Bank Dunia menyebut murid yang menyelesaikan pendidikan tingkat atas hanya 57 persen. Data ini menandakan kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih memiliki banyak tantangan.
“Apabila kualitas SDM tidak ditingkatkan, masa depan anak-anak muda kita akan berakhir di sektor-sektor pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan tinggi,” kata Eni.
Selanjutnya, Eni juga menyorot aktivitas keamanan berinternet anak muda Indonesia. Dalam pemaparannya, hanya 37,5 persen anak muda yang menerima informasi keamanan digital. Angka ini sangat kecil dibanding jumlah pengguna internet aktif usia 12-17 tahun yang menyentuh 92 persen .
“Semua data tersebut merupakan tantangan-tantangan yang saling memengaruhi yang kemudian menambah kompleksitas pembangunan di sektor pendidikan Indonesia,” ujarnya.(*)