KETIK, TASIKMALAYA – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jawa Barat bekerjasama dengan Komisi IX DPR RI dalam kampanye percepatan penurunan stunting.
Kali ini sosialisasi yang dihadiri ratusan warga dari berbagai kalangan ini digelar di GOR Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jumat (9/2/2024).
Anggota Komisi IX DPR RI Hj Nurhayati Effendy mengingatkan warga untuk mencegah terkena stunting sejak dini. Sejak seorang ibu mengandung. Bahkan sejak pasangan-pasangan yang siap menikah atau calon pengantin.
“Kalau semua ibu berpikiran bahwa investasi jangka panjang kita adalah anak, tentunya akan mengasuh memperhatikan anaknya dengan baik. Anak terkena stunting dicirikan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Ini akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang”, papar Nurhayati.
Seorang anak terkena stunting, kata Nurhayati, bisa saja terjadi semasih dalam kandungan. Sang anak punya potensi risiko stunting karena ibunya mengalami kurang gizi. Kondisi itu terlihat kalau di-USG. Berat badan dan panjang janinnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Kalau kehamilannya sehat, ujar Nurhayati, bayinya juga sehat. Di sini pentingnya makanan-makanan bergizi seimbang.
“Tidak berarti pula bahwa makanan bergizi dan berprotein tinggi itu yang harganya mahal. Seperti ikan lele, tahu-tempe, sampai kacang-kacangan, itu murah dan bergizi tinggi," tukasnya.
Nurhayati pun berpesan, para remaja yang kelak nikah, hendaknya ia mempersiapkan diri. Menjaga kesehatan. Tidak menikah di usia muda sebab berisiko dengan kesiapan organ-organ reproduksi. Menurutnya, untuk menuju Indonesia maju, perlu generasi cerdas, berkualitas.
“Anak-anak kita akan menjadi generasi mendatang. Dorong Indonesia punya pemimpin-pemimpin hebat. Bantu jika ada yang terkena stunting. Jangan sampai ada anak kita yang tidak sekolah”, seru Nurhayati.
Sementara Ketua Tim Kerja Hubungan Antar-Lembaga, Advokasi, KIE BKKBN Jabar, Herman Melani berharap melalui kampanye ini masyarakat semakin memahami pentingnya terlibat dalam upaya percepatan penurunan stunting.
Menurutnya, Kabupaten Tasikmalaya, saat ini termasuk daerah dengan prevalensi stuntingnya yang tinggi, sebesar 27,2% pada tahun 2022 yang menjadi salah satu daerah penyumbang paling tinggi angka stunting di Jawa Barat.
"Maka dari itu kampanye percepatan penurunan stunting terus diarahkan ke Kabupaten Tasikmalaya," jelas Herman Melani.
Sedangkan Ketua Tim Kerja Pelatihan dan Pengembangan SDM BKKBN Jabar, Elma Triyulianti, mengajak pada keluarga-keluarga dapat memahami bahaya stunting.
“Stunting ini mengancam kualitas dan karakter dari keluarga kita, bayi-bayi kita. Sampai-sampai Bapak Presiden mengeluarkan Perpres 12/2021”, ungkapnya.
Di antara isi instruksinya, Perpres menugaskan BKKBN menjadi ketua percepatan penurunan stunting. Program percepatan penurunannya kemudian berbasis keluarga, dalam rentang tahun 2021-2024.
"Orientasi basis keluarga dengan program terciptanya gerakan besar-besaran hingga adanya perubahan perilaku. mulai dari asupan makanan, pengasuhan kepada anak, sampai menjaga sanitasi, kebersihan lingkungan," jelas Elma. (*)