KETIK, PROBOLINGGO – Pulau Gili Ketapang merupakan satu-satunya pulau yang ada di Kabupaten Probolinggo. Meski berada diwilayah terluar, namun jangan salah. Karena sebanyak 70 persen populasi warga di pulau berpenduduk sekitar 10 ribu jiwa itu sudah menunaikan ibadah haji.
Diungkapkan Kepala Desa Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo Monir. Jika pada musim haji tahun 2023 ini akan ada sebanyak 50 Calon Jamaah Haji (CJH) yang akan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah dan Madinah.
"Sebanyak 70 persen warga pulau ini sudah pernah ke Tanah Suci. Baik itu menunaikan ibadah umrah muapun berhaji. Tahun ini pun jumlahnya akan bertambah lagi, seiring keberangkatan 50 orang CJH," ungkapnya, Minggu (28/05/2023).
Dijelaskan, tingginya animo masyarakat Desa Gili Ketapang untuk menunaikan ibadah haji merupakan warisan atau tradisi dari para sesepuh desa. Mereka menanamkan kebiasaan kepada anaknya untuk menyisihkan sebagian rezekinya dari hasil tangkapan ikan sebagai biaya haji.
"Sedari kecil warga Desa Gili Ketapang dibiasakan untuk berhemat oleh orang tuanya. Tujuannya tak lain agar bisa menabung untuk ongkos naik haji. Bahkan tak sedikit orang tua yang jauh hari mendaftarkan anaknya untuk naik haji," jelasnya.
Menurutnya, status haji maupun orang yang pernah umrah di tempat lain biasanya ada menganggap sukses dan disegani oleh masyarakat. Namun hal itu tak berlaku di Pulau Gili Ketapang, lantaran mayoritas warganya telah menunaikan ibadah haji maupun umrah. Sehingga hal itu dianggap merupakan hal yang biasa.
"Ketika ada warga yang akan berangkat haji, kami selalu beramai-ramai mengiringinya menggunakan sejumlah kapal milik warga hingga ke pelabuhan Tanjung Tembaga. Kami menyebutnya tradisi "Ngater Kajian"," sebutnya.
Tradisi Ngater Kajian ini dikatakan Kades Monir, merupakan bentuk rasa puji syukur atas keberangkatan seorang warga Pulau Gili Ketapang ke Tanah Suci. Karena untuk bisa berangkat butuh banyak pengorbanan.
Selain berkorban materi dan waktu, kesabaran seorang CJH juga akan diuji. "Karena itu kami selalu antusias untuk mengikuti tradisi Ngater Kajian itu. Karena hal itu merupakan bentuk rasa syukur kami atas banyaknya warga kami yang berangkat ke tanah Suci," pungkasnya.(*)