KETIK, SURABAYA – Memasuki akhir bulan Mei 2024 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur mulai melakukan dropping air bersih untuk masyarakat.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi musim kemarau atau paceklik yang diperkirakan akan datang tidak lama lagi.
Selain itu, BPBD Jatim juga melakukan pemetaan terkait wilayah mana yang rawan kekeringan. Hal ini penting dilakukan untuk menghitung kebutuhan air bersih bagi masyarakat yang terdampak.
"Kami sudah mengkalkulasi terdapat 23 kabupaten dan kota di Jatim yang rawan kekeringan pada musim kemarau. Dari jumlah tersebut 232 kecamatan dan 699 desa/kelurahan mengalami kering kritis," jelas Kalaksa BPBD Jatim, Gatot, Sabtu (25/5/2024).
Lebih lanjut, dalam pemetaan wilayah yang dilakukan dirinya mengkategorikan kekeringan menjadi 3 tingkatan, yakni kering kritis, kering langka dan kering langka terbatas.
Yang menjadi fokus dari Pemprov Jatim saat ini adalah kategori kering kritis yang banyak terjadi di sejumlah wilayah.
"Saat ini kita fokus pada kering kritis, karena banyak wilayah yang terdampak. Seperti Lamongan dan Trenggalek," tambahnya.
Walaupun musim kemarau selalu datang tiap tahun dan merupakan fenomena alam tahunan akan tetapi hal ini tidak boleh dianggap remeh. Jika tidak dilakukan langkah yang benar musim kemarau bisa menjadi bencana besar yang berujung pada kelaparan.
"Kita berharap dengan adanya langkah-langkah yang sudah dilakukan, bisa mengurangi jumlah lokasi kekeringan tersebut," paparnya.
Selain itu, musim kemarau juga akan meningkatkan resiko terbakarnya lahan dan hutan. Walaupun musim kemarau tahun ini diprediksi berlangsung lebih singkat dari tahun lalu, namun tetap harus diwaspadahi agar tidak menjadi bencana yang lebih besar.
"Semoga tahun ini musim kemaraunya tidak terlalu lama seperti tahun kemarin," pungkasnya.(*)