KETIK, PACITAN – Momen wisuda ke-66 Universitas Tidar (Untidar) di Magelang, Jawa Tengah, diwarnai fenomena tak terduga. Sepasang wisudawati kembar identik asal Pacitan, Jawa Timur, tak hanya memiliki wajah yang mirip, tetapi juga kompak meraih IPK 3,76.
Mereka adalah Yuana Sari dan Yuani Saputri, atau yang akrab disapa Ana dan Ani. Keduanya lahir di Pacitan pada 12 November 2000.
Mereka adalah putri ketiga dan keempat pasangan petani bernama Bejo (56) dan Mistun (52). Sejak SD, SMP, dan SMK, selalu menempuh pendidikan di tempat yang sama.
Setelah lulus SMK 2 Pacitan, Ani dan Ana melanjutkan pendidikan ke Untidar dengan mengambil Prodi S1 Akuakultur, Fakultas Pertanian.
"Kita memang dari SD, SMP, SMK hingga kuliah memang mau satu tempat biar lebih mudah. Biar nggak ribet," ujar Ani (23) kepada ketik.co.id saat dikonfirmasi, Kamis, (7/3/2024).
Kedua bersaudara ini bangga karena mereka merupakan anak petani yang berhasil menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi. Kakak pertama mereka sudah berumah tangga dan yang kedua sudah bekerja.
Ani dan Ana diterima di Untidar dan mendapatkan beasiswa KIPK (Kartu Indonesia Pintar Kuliah) bidik misi.
"Kedua orang tua mendukung. Selalu minta untuk rajin belajar, tidak boleh bermain-main, kuliah saja karena biaya cukup tinggi, biaya kos, dan lain-lain," tutur Ani.
Wisudawati Kembar dan Kompak Raih IPK Sama Persis
Secara tak terduga kedua wisudawati ke-66 Untidar ini kompak meraih IPK yang sama persis, yaitu 3,76.
Ani menceritakan bahwa mereka tidak pernah berniat untuk mendapatkan IPK yang sama. Bahkan saling mencontek pun tidak ada dibenaknya.
"Sebenarnya kan saya sama Yuana emang mata kuliah (matkul)-nya sama, terus nilainya hampir mirip-mirip sih. Tapi, dibandingkan Yuana, nilai saya tuh sebenarnya lebih tinggi," kata Ani bercerita proses dia dan kembarannya meraih IPK.
Padahal, tambah Ani, ada beberapa matkul yang diambil sebetulnya berbeda. Ani pun penuh heran, seusai diberi kabar via WhatsApp oleh pihak kampus jika IPK mereka serupa tak berbeda.
"Karena udah mau diwisuda santai aja lah. Nggak pengen lihat nilainya. Nah Yuana itu dikabarin sama pihak kampus, kalo nilainya sama terus setelah pas dicek ternyata iya, sama persis. Gitu," ujarnya bertanya-tanya.
Disamping giat, mereka belajar hingga dapat IPK yang cukup membanggakan. Ia mengaku rutin berdoa dan selalu mengingat perjuangan orang tua dalam membiayainya kuliah.
"Ya nggak ada sih amalan khusus, hanya rutin doa kepada orang tua aja. Sama kadang belajar bareng, kadang juga kalau mepet ujian cuman belajar sendiri-sendiri," jelasnya.
Di fikiran mereka, sejatinya adalah hanya untuk menyelesaikan studi dengan cepat. Alih-alih dapat meringankan beban orang tua.
"Kalau buat lanjut kuliah lagi belum ada, pengen kerja dulu aja. Mau istirahat," pungkas Yuani menutup perbincangan. (*)