KETIK, PACITAN – Kawasan wisata Sungai Maroon, Dersono, Pacitan kembali sepi wisatawan pasca libur lebaran. Kondisi itu memberikan dampak pada pendapatan warga sekitar.
Betapa tidak, sebagian besar warga mengandalkan hidup dari sektor pariwisata tersebut. Mulai dari penyedia jasa perahu, toko kelontong hingga UMKM.
Sepinya wisatawan sangat berpengaruh pada kondisi dompet warga. Mereka harus kembali berpikir keras untuk mencukupi kebutuhan.
Bicara soal pendapatan, penyedia Jasa Sewa Perahu, Diki Kurnia (22) mengatakan bahwa saat ini warga setempat penghasilanannya tak menentu.
Sehingga mereka menjadikan pariwisata hanya sekadar pekerjaan paruh waktu.
"Pas habis liburannya, yang jelas suasana kembali seperti biasa atau standard, dapetnya itu Rp100 ribuan untuk satu perahu satu pelanggan. Itupun hanya Sabtu sama Minggu, kalau di hari biasanya kadang nggak ada," kata, kepada Ketik.co.id, Minggu (5/5/2024).
Suasana destinasi wisata Sungai Maroon Pacitan yang kembali sepi wisatawan. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)
Sedangkan, saat libur lebaran sejumlah 113 penyedia jasa sewa perahu mampu mengantongi duit kisaran Rp300-500 ribu per harinya.
"Dari lebaran kemarin itu, satu perahu bisa 3-5 kali. Para pengandong perahu yang totalnya perahu itu ada 113, sehari bisa dapet Rp500 ribu per lima kali nganter wisatawan," tambahnya.
Biasanya, tambah dia, kenaikan pelancong hanya terjadi di weekend dan momen hari libur nasional.
Ia mengatakan, bahwa hal ini paling berdampak pada per kepala keluarga (KK) di wilayah setempat yang punya jasa sewa perahu sebagai mata pencaharian.
Tentunya, penurunan turis ini membuat mereka harus mengistirahatkan perahu, sambil menunggu libur panjang selanjutnya.
"Mereka yang memiliki usaha lain seperti berjualan dan membuka warung juga merasakan," terangnya.
Kendati demikian, warga setempat sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. Pun tak membuat mereka terdesak, atau bahkan beralih ke usaha lain.
"Kalau sampai pindah profesi sih enggak, cuman masyarakat Sungai Maroon selain narik perahu, mereka kan juga bertani. Kalau masyarakat sungai maroon itu per kepala keluarga pasti punya perahu, jadi semuanya bisa ngandong perahu. Nah tapi selain itu mereka juga ada yang jualan kelapa, dan buka warung," pungkas Diki. (*)