KETIK, MALANG – Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang telah menerima 1046 mahasiswa baru tahun ajaran 2024/2025. Dari seluruh total mahasiswa baru, 57 persen atau 871 orang di antaranya berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
Rektor Unitri, Prof. Dr. Ir. Eko Handayanto menjelaskan perguruan tinggi swasta di Kota Malang itu sudah lama menjadi jujukan bagi mahasiswa dari Indonesia Timur. Selain NTT, mahasiswa dari Kalimantan Barat juga mendominasi dengan jumlah 195 mahasiswa.
"Seperti Kabupaten Sumba Timur, setiap tahun bisa mengirim 100-125 mahasiswa. Jumlah mahasiswa baru tahun ini memang sedikit menyusut, tapi sekarang Unitri menerima mahasiswa dari 27 provinsi. Kalau tahun sebelumnya 20 provinsi," ujar Eko, Jumat, 30 Agustus 2024.
Unitri juga telah melakukan kerja sama untuk ke-16 kalinya dengan Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Mahasiswa diberikan bantuan dari Pemkab Sanggau berupa biaya transportasi dan separuh biaya hidup selama di Malang.
"Biaya pendidikannya, Unitri yang memberikan dan setengah biaya hidup lainnya dari orang tua," lanjutnya.
Setiap tahun, yayasan selalu memberikan dua jenis beasiswa terhadap mahasiswa yakni subsidi SPP 100 persen dan 50 persen. Tahun ini terdapat pengurangan jumlah subsidi 100 persen kepada mahasiswa. Kendati demikian Unitri menambahkan kuota mahasiswa penerima subsidi 50 persen.
"Tahun ini ada semacam perjanjian disertai tanda tangan oleh mahasiswa penerima beasiswa itu. Salah satu isinya yaitu harus belajar atau berkuliah sesuai dengan waktu yang ditargetkan." tambah Eko.
Tak hanya itu, Unitri memberikan beasiswa 100 persen bagi mahasiswa yang tinggal di sekitar kampus. Hal tersebut untuk menindaklanjuti kesepakatan yang telah dilakukan antara pihak kampus dengan warga sekitar.
"Dua bulan lalu saya cek ada lima mahasiswa yang masuk dari warga sekitar kampus. Lulusan SMA di sini belum banyak, ada yang masih kecil juga. Lima mahasiswa sekitar itu kami bebaskan SPP 100 persen, tapi masih ada untuk biaya administrasinya," sebutnya.
Tak hanya menerima mahasiswa dari dalam negeri, terdapat beberapa mahasiswa dari luar negeri. Untuk program pascasarjana terdapat mahasiswa dari China dan Kambia, serta Timor Leste untuk program sarjana.
Nanti mahasiswa kegiatannya hanya pengenalan. Selama satu semester tiap Sabtu kita mengundang orang-orang yang kompeten. Misalnya dari keamanan, birokrasi, untuk membekali mahasiswa," tutupnya.
Gak ada lagi perpeloncoan. Wawasan kebangsaan ada, sementara masih ada 56 persen dari NTT mungkin karena pasar kita ke sana. Kami gak pernah merancang. (*)