KETIK, PACITAN – Menolak praktik nepotisme dalam birokrasi kampus atau politik dinasti, puluhan mahasiswa berdemonstrasi, menggeruduk Kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Pacitan, Jawa Timur, Jumat (13/10/2023).
Aksi unjuk rasa ini dilakukan sebagai bentuk protes kepada birokrasi kampus yang awalnya dipicu dari ketidak mampuan perguruan tinggi dalam menyelesaikan proses akreditasi mahasiswa jurusan MPI(Manajemen Pendidikan Islam). Berbuntut pada polemik terpilihnya Ketua STAINU Pacitan yang baru.
Dalam orasinya, Ketua Koordinator Lapangan Aliansi M9ahasiswa, Hasan Bahroni meminta agar pihak perguruan tinggi mempertimbangkan kembali kebijakan sepihak atas terpilih Ketua STAINU Pacitan, Syuhada Subir yang sejatinya adalah putra mantu dari pimpinan sebelumnya, Imam Faqih Sjuda'.
"Kami sebagai mahasiswa sangat menyayangkan keputusan itu, sebab selama 1,5 tahun dia menjabat ketua, tapi tidak mampu memimpin dalam proses akreditasi hingga menyebabkan 8 mahasiswa belum mendapatkan ijazah," katanya, kepada ketik.co.id, Jumat (13/10/2023).
Menurut dia, Ketua STAINU Pacitan saat ini Syuhada Subir mengaku mengundurkan diri dari jabatan per 31 Agustus 2023 lalu. Hal itu, lantaran dirinya tak sanggup menerima desakan mengenai nasib mahasiswa yang sekarang belum mendapatkan ijazah karena masalah akreditasi.
"Oleh karena itu, jika Ketua STAINU Pacitan sekarang tidak ada alias mundur dari jabatannya, kami minta segera dilakukan rapat senat untuk pemilihan ulang Ketua," lanjutnya.
Tak hanya soal politik dinasti, dalam aksinya tersebut, Aliansi Mahasiswa meminta pihak kampus untuk serius mengatasi masalah mutu pelayanan. Di antaranya yakni, kurang berkompetennya dosen, terlalu konservatifnya sistem pendidikan, hingga kian buruknya sarana dan prasarana dari tahun ke tahun.
"Oleh sebab itu, kami minta civitas akademik lebih serius untuk menangani permasalahan tersebut. Apa tidak kasihan?, setelah mahasiswa sudah wisuda sekitar 2 tahun ini tapi tidak memiliki legalitas," terangnya.
Selain itu, pihaknya mendesak agar kampus segera memberikan kejelasan untuk puluhan mahasiswa yang saat ini menempuh pendidikan di jurusan MPI.
Sebab, dari ketidakjelasan waktu selesainya proses akreditasi tersebut, sangat mungkin merembet pada kelulusan angkatan selanjutnya.
Dia prihatin dengan terpenuhinya kewajiban mahasiswa sesuai kewenangan kampus, namun tidak sebanding dengan apa yang pihaknya dapatkan
"Banyak dari mereka yang sangat marah tidak bisa mendaftar kerja gegara masalah ini. Apalagi mutu pelayanannya, ini tidak sebanding dengan tuntutan wajib yang melekat pada kami,"
Dia melanjutkan, ini bukan tentang buruknya kampus kami. Tetapi ini menyangkut proses pembenahan lembaga ini ke depan dan nasib mahasiswa yang saat ini sudah lulus maupun yang belum.
"Sekali lagi jangan sepelekan masalah ini. Kalau tidak kompeten memimpin ya tidak usah menjabat," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Mahasiswa STAINU Pacitan juga membacakan petisi yang berisi;
- Menuntut, untuk menghapuskan politik dinasti dalam perguruan tinggi STAINU Pacitan
- Beri kejelasan statuta STAINU Pacitan
- Rekonstruksi civitas akademik STAINU Pacitan
- Segera selesaikan akreditasi program studi MPI
- Perbarui system pendidikan yang lebih modern dan maju
- Pemenuhan mutu saranan dan prasarana yang memadai terhadap seluruh mahasiswa STAINU Pacitan
"Aksi ini kami anggap gagal, karena dari pihak kampus tidak mau menandatangani tuntutan kami. Tentu akan kami kerahkan mahasiswa untuk kembali menyuarakan tuntutan itu," pungkasnya..
Sesuai pantauan Ketik.co.id, sejak pukul 16.04 WIB ratusan massa Aliansi Mahasiswa STAINU bergerak dari Lapangan Manggala, Baleharjo, menuju Gedung STAINU Pacitan dan berakhir di depan halaman kampus.
Orasi dan penyampaian petisi yang dilakukan oleh mahasiswa, menuntut agar para civitas perguruan tinggi keluar dari Gedung. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)
Perundingan terjadi cukup alot, lantaran pihak kampus bersikukuh tidak mau menandatangani naskah tuntutan. Pihak kampus hanya memberikan tanggapan dari permintaan tersebut. Pun pihak mahasiswa tetap tegas tak mau tahu akan jawaban menyoal praktik politik dinasti, dan masalah administrasi yang tak kunjung ada titik terang tersebut.
Menanggapi hal itu, Ketua Senat STAINU Pacitan ,Imam Faqih Sjuda' saat ditemui di ruangannya menuturkan, bahwa sedari awal pihaknya sudah mencoba untuk memenuhi tuntutan. Menurutnya ini hanya masalah waktu.
"Sejak awal kami penuhi, dan ini masih berproses, karena sejak awal kami kerja sama dengan atasan. ya menunggu to (akreditasi), tapi (mahasiswa) tidak sabar," katanya, yang juga sebagai mantan ketua STAINU Pacitan.
Menurut Faqih, meskipun tidak mau menandatangani petisi yang disodorkan oleh mahasiswa, pihaknya akan tetap berupaya untuk segera mengatasi masalah ini bersama civitas akademik.
"Hingga saat ini masih terus berusaha memenuhi persayaratan seperti kekurangan dosen," tutupnya. ,(*)