KETIK, SURABAYA – Ketika berpuasa, tubuh mengalami perubahan dalam hal asupan energi dan metabolisme. Pada awal puasa, tubuh menggunakan glukosa dari makanan yang disimpan dalam bentuk glikogen dalam hati dan otot.
Setelah itu, tubuh mulai mengubah lemak menjadi energi. Ini dapat menyebabkan penurunan berat badan dan peningkatan ketosis, di mana tubuh menghasilkan keton sebagai sumber energi alternatif.
Selain itu, kadar gula darah dan tekanan darah juga bisa turun selama puasa, tergantung pada durasi dan jenis puasa yang dilakukan.
Pakar Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitas Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga, dr Abdul Jabbar Al Hayyan SpKFR buka memberikan tips menjaga kesehatan saat berpuasa agar menjalankan ibadah dengan lancar dan maksimal.
dr Hayyan sapaan akrabnya mengatakan, salah satu hal penting yang dapat dipersiapkan selama Bulan Ramadan yakni kecukupan nutrisi dalam tubuh dan mengatur jadwal harian selama satu bulan penuh selama berpuasa.
“Misalnya, dalam sehari manusia membutuhkan 2100 kkal, maka selama berpuasa jumlah tersebut dibagi menjadi dua kali waktu makan. Yakni, pada waktu sahur dan berbuka puasa. Pembagian ini berguna untuk menjaga ketercukupan gizi dan energi dalam tubuh saat menjalankan puasa,” tuturnya.
dr Hayyan menambahkan, mengatur jadwal harian juga salah satu hal yang penting selama berpuasa.
Salah satunya, dengan cara mengatur pelaksanaan aktivitas-aktivitas yang berat selama berpuasa.
Hal ini mencegah terjadinya kelelahan yang berlebihan dan meningkatkan rasa lapar saat menjalankan ibadah puasa.
“Contohnya, jika kegiatan rutinitas sehari-hari diluar bulan puasa ada yang membutuhkan tenaga dan energi yang banyak, maka kegiatan tersebut dapat reschedule di waktu mendekati berbuka puasa atau setelah berbuka puasa," imbuhnya.
Dokter Persatuan Sepak Bola Surabaya (Persebaya) juga menerangkan, selain menjaga nutrisi tubuh dan mengatur jadwal harian, konsultasi kesehatan dini juga menjadi hal esensial selama berpuasa. Terutama, orang yang memiliki riwayat penyakit tertentu.
Meskipun terdengar remeh namun konsultasi dini dengan dokter dapat memastikan tubuh kita dengan keadaan yang fit selama menjalankan ibadah puasa.
Konsultasi tidak hanya dilakukan oleh orang yang memiliki riwayat penyakit namun juga orang yang sehat sekalipun.
“Contohnya, orang dengan penyakit diabetes harus melakukan konsultasi kepada dokter yang merawatnya. Dengan itu, dapat mengetahui perubahan-perubahan apa saja yang perlu dilakukan selama bulan Ramadhan seperti timing penggunaan insulin pada orang diabetes,” paparnya.
Ia menjelaskan, pada dasarnya tidak ada pantangan makanan tertentu yang harus dihindari kecuali apabila orang dengan penyakit tertentu.
Namun, ia mengimbau agar setiap penyajian makanan mengandung komposisi yang lengkap dan seimbang. Yakni, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan serat.
Komposisi yang seimbang dapat membantu tubuh menyerap makanan dengan baik serta mengubahnya sebagai cadangan energi selama beraktivitas saat berpuasa.
dr Hayyan menyarankan, untuk mengkonsumsi real food bukan process food agar tubuh menerima komposisi makanan dengan baik.
“Kita boleh mengonsumsi apapun selama berpuasa namun perlu diingat menjaga komposisi tiap makanan juga penting. Contohnya, pada terang bulan menjadi hidangan favorit saat berbuka. Namun, kalori yang dimiliki terang bulan terlalu besar dan komposisinya tidak seimbang,” ungkapnya.
Tak lupa, ia berpesan untuk masyarakat memegang teguh dalam menjaga kesehatan dan pola makan selama berpuasa. Masyarakat umum biasanya goyah saat berbuka puasa, memiliki hasrat untuk mengkonsumsi semua jenis makanan secara berlebihan.
“Salah satu sunnah Rasul dapat mewakili, bahwa kita makan saat lapar namun kita harus mengetahui batasan-batasan saat kita dirasa cukup kenyang. Dengan ini, tubuh yang prima dapat membantu kita dalam memaksimalkan ibadah selama berpuasa,” pungkasnya. (*)